Hidayatullah.com– Obesitas merupakan ancaman serius bagi kesiapan militer AS, kata tim ahli gizi memperingatkan dalam sebuah laporan hasil studi terbaru.
Diterbitkan di Journal of Nutrition Education and Behavior, peneliti dari University of Kentucky College of Medicine pakan lalu merilis sebuah penelitian yang menguraikan konsekuensi dari peningkatan tingkat obesitas di Amerika Serikat dan bagaimana hal itu dapat berdampak pada kesiapan militernya.
“Ini adalah masalah kompleks yang memiliki dampak mendalam pada keamanan nasional dengan membatasi jumlah rekrutan yang tersedia, menurunkan jumlah pendaftaran ulang, dan berpotensi mengurangi kesiapan penugasan,” kata salah satu penulis laporan Sara Police, Ph.D, dari Department of Pharmacology and Nutritional Sciences di universitas tersebut, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Alarabiya Ahad (8/5/2022).
“Di samping itu, isu-isu yang relevan termasuk perubahan demografi militer dan kerawanan pangan di kalangan keluarga militer,” imbuhnya.
Korelasi antara kesehatan masyarakat AS dan keamanan nasional pertama kali diidentifikasi pada tahun 1946, ketika National School Lunch Program disahkan untuk mengatasi kekurangan gizi di kalangan rekrutan militer Perang Dunia Dua. Pada saat itu, kebiasaan makan masyarakat negeri itu ditandai dengan asupan kalori yang terbatas per hari disebabkan persediaan pasokan makanan AS terdampak perang. Menurut rilis media universitas tersebut, pengayaan kalori yang dramatis dan peningkatan ukuran porsi, di antara faktor-faktor lain, diperkenalkan ke dalam program pasokan makanan AS untuk mempromosikan penambahan berat badan masyarakat.
Sejak tahun 1960, tingkat rekrutmen militer yang memenuhi syarat yang memiliki lemak tubuh melebihi standar jumlahnya berlipat ganda untuk pria dan tiga kali lipat untuk wanita. Hal ini mendorong para pemimpin militer untuk menyerukan perubahan nutrisi dan pola makan, termasuk pengenalan pilihan menu yang lebih terjangkau dan lebih sehat di sekolah-sekolah dan pendidikan gizi di lingkungan angkatan bersenjata.
“Sersan-sersan pelatih adalah pemimpin esensial dan penting dalam angkatan bersenjata untuk pembinaan, konseling, pendampingan, dan pelatihan tentara baru. Perspektif ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang menggambarkan bahwa informasi nutrisi yang akurat dan pemodelan perilaku dapat sangat mempengaruhi rekrutan,” papar Police.
“Pemimpin lain, termasuk komandan dan bintara, juga memainkan peran penting dalam penyebaran informasi dan model perilaku dan dapat berdampak berkelanjutan pada prajurit hingga di luar masa pelatihan dasar,” kata Nicole Ruppert salah satu penulis laporan itu.
Resimen pelatihan dasar pada masa ini terdiri dari lebih banyak wanita dan orang-orang dari kelompok ras/etnis minoritas (non-kulit putih), kata pernyataan itu. Kelompok itulah yang cenderung mengalami tingkat obesitas dan kerawanan pangan yang lebih tinggi.
“Akses yang tidak dapat diandalkan ke makanan sehat dapat menyebabkan obesitas serta kecemasan dan masalah kesehatan mental lainnya, yang selanjutnya akan mengancam retensi militer dan kesiapan penugasan,” tulis pernyataan itu.
“Terlepas dari upaya pemerintah AS dan Departemen Pertahanan, obesitas terus berdampak pada militer dan risikonya terhadap keamanan nasional sangat besar,” kata Police.
Sekitar 40 persen orang dewasa dan 18 persen anak-anak di AS menderita obesitas, kata penelitian tersebut, mengutip temuan National Center for Health Statistics dari tahun 2016.
Menurut IBISWorld, penerbit informasi industri terbesar di dunia, antara 2017 dan 2022 tingkat obesitas orang dewasa di AS tumbuh sebesar 1,8 persen setiap tahun menjadi sekitar 33 dari 100 orang menderita obesitas.*