Hidayatullah.com — Presiden Rusia Vladimir Putin menjalani perawatan kanker stadium lanjut pada April dan selamat dari upaya pembunuhan pada Maret, Newsweek melaporkan pada Kamis, mengutip pejabat intelijen Amerika Serikat (AS).
Laporan itu mengatakan asesmen intelijen AS menunjukkan bahwa Putin sakit kanker, terisolasi dan semakin paranoid, membuat langkahnya di Ukraina tidak dapat diprediksi. Dewan Keamanan Nasional AS membantah adanya laporan semacam itu.
Intelijen tentang status Putin tidak begitu jelas karena dia mengisolasi diri sejak menginvasi Ukraina, kata para pejabat. Mereka juga memperingatkan agar tidak terburu-buru untuk menyimpulkan apapun atau memprediksi kematian Putin.
Pejabat Rusia lainnya mencari kekuasaan di Kremlin, merasakan bahwa Putin sudah mendekati akhir masanya, kata salah satu pejabat.
Sementara upaya pembunuhan itu adalah “plot Rusia” yang ditemukan oleh badan keamanan Kremlin, kata laporan itu, tanpa memberi rincian lebih lanjut.
CIA dan badan intelijen negara lain dikatakan juga telah mendengar adanya ketidakpuasan dalam kementerian keamanan Rusia. Kabarnya, beberapa diplomat Rusia juga ingin membelot ke negara-negara Barat.
Selama beberapa penampilan publik dalam beberapa bulan terakhir, Presiden Putin tampak lemah.
Salah satu pejabat intelijen AS mengatakan Putin yang lemah memiliki lebih sedikit kekuasaan atas bawahannya. Bahkan mungkin dia tidak dapat memerintahkan penggunaan senjata nuklir jika dia memutuskan untuk melakukannya.
Berdasarkan Times of Israel (03/06/2022), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membantah rumor bahwa Putin sakit.
Invasi Rusia ke Ukraina mencapai hari ke-100 pada hari Jumat dengan pasukan Rusia menyerbu wilayah Donbas dalam upaya mereka untuk merebut wilayah timur negara itu.
Ukraina mengatakan pada hari Rabu bahwa Rusia mengendalikan sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk Krimea dan bagian dari Donbas yang disita pada tahun 2014.
Setelah diusir dari sekitar ibu kota, pasukan Putin telah mengarahkan pandangan mereka untuk merebut Ukraina timur, yang memicu peringatan mengerikan bahwa perang dapat berlarut-larut.
Invasi Rusia ke tetangganya telah menewaskan ribuan orang dan memaksa jutaan orang mengungsi, dengan Ukraina timur menanggung beban serangan itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pasukan Kyiv kehilangan hingga 100 tentara per hari.*