Hidayatullah.com—Petarung MMA Khabib Nurmagomedov mengkritik retorika presiden Prancis Emmanuel Macron di laman Instagramnya. Juara kelas ringan UFC itu mengunggah pesan dalam bahasa Arab dan Rusia di mana dia mengkritik pembelaan Macron terhadap kartun satir yang mengejek Nabi Muhammad SAW, dikutip dari Ilmfeed pada Jumat (30/10/2020).
“Semoga Allah Yang Maha Kuasa menodai wajah makhluk ini dan semua pengikutnya, yang, di bawah slogan kebebasan berbicara, menyinggung perasaan lebih dari satu setengah miliar umat Islam. Semoga Yang Mahak Kuasa mempermalukan mereka di kehidupan ini, dan di kehidupan selanjutnya. Allah cepat dalam mempertanggungjawabkan dan Kalian akan melihatnya,” katanya. “Kami umat Islam, kami mencintai Nabi Muhammad (SAW) lebih dari ibu, ayah, anak-anak, istri kami dan semua orang lain yang dekat dengan hati kami. Percayalah, provokasi ini akan kembali kepada mereka, akhir selalu bagi mereka yang takut akan Tuhan,” tambahnya.
Mengapa ada begitu banyak kemarahan ditujukan kepada presiden Prancis pada saat ini? Awal bulan ini pada tanggal 2 Oktober, satu minggu setelah penikaman di Paris di luar bekas kantor majalah satir, Charlie Hebdo, Presiden Emmanuel Macron menyusun rencana untuk memerangi “separatisme”, dengan memfokuskan secara khusus kepada Islam.
“Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis saat ini, di seluruh dunia,” ujarnya dalam sambutannya.
Sebelumnya, Macron menyebutkan kebutuhan untuk “membebaskan Islam di Prancis dari pengaruh asing”. Macron juga menguraikan rencana untuk mengakhiri sistem yang memungkinkan para Imam untuk belajar di luar negeri, mengurangi homeschooling, dan mengendalikan dana keagamaan.
Langkah-langkah tersebut akan menjadi bagian dari rancangan undang-undang tentang “sekularisme dan kebebasan”, dijadwalkan pada bulan Desember. Setelah pembunuhan guru Samuel Paty, Emmanuel Macron secara terbuka mendukung karikatur Nabi Muhammad SAW dengan menegaskan bahwa itu adalah dasar kebebasan berbicara dengan mengatakan “Kami tidak akan melepaskan karikatur dan gambar, bahkan jika orang lain mundur.”
Menyusul peringatan resmi Samuel Paty di Paris, dihadiri oleh Macron, karikatur kontroversial itu dipajang dan diproyeksikan di balai kota di Montpellier dan Toulouse selama beberapa jam. Pada hari-hari setelah pembunuhan guru tersebut, negara Prancis mengambil tindakan terhadap mereka yang dicurigai terkait dengan ‘ekstremisme’.
“Warga kami menunggu kami untuk bertindak,” kata Macron. “Puluhan operasi telah diluncurkan terhadap asosiasi, dan juga individu yang mendukung rencana Islamisme radikal, dengan kata lain, sebuah ideologi untuk menghancurkan Republik (Prancis).”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Tetapi Muslim di Prancis mengklaim operasi penggerebekan itu adalah bagian dari tindakan keras pemerintah terhadap komunitas mereka. Menteri Dalam Negeri Prancis, Gérard Darmanin, yang mengawasi operasi terhadap organisasi dan individu Islam selama seminggu terakhir telah membela tindakan polisi, bersikeras Prancis berusaha untuk membasmi ‘ekstremisme.’
Darmanin juga telah mengumumkan niatnya untuk menutup organisasi Muslim terkenal, termasuk Collective for the Fight Against Islamophobia in France (CCIF) dan BarakaCity, sebuah organisasi kemanusiaan.*