Tahukah Cartier, brand perhiasan yang berasal dari Prancis yang identik dengan kemewahan, adalah hasil inspirasi dari seni Islam
Hidayatullah.com | CARTIER merupakan brand perhiasan yang berasal dari Prancis yang identik dengan kemewahannya dan telah berdiri selama 175 tahun. Tetapi ternyata ciri khas Cartier ini adalah hasil terinspirasi dari seni Islam.
Saat ini, sebuah pameran baru di Dallas Museum of Art (DMA) menampilkan bagaimana seni islam memengaruhi sebuah brand perhiasan mewah di Prancis dan membantu Cartier menjadi salah satu brand ternama di dunia. Dirancang bersama oleh DMA dan Museé des Arts Décoratifs bersama dengan Cartier di Paris, pameran “Cartier and Islamic Art: In Search of Modernity” kini sedang berlangsung hingga tanggal 18 september 2022.
Awal mula hubungan ini berawal ketika seorang seniman dan pedagang yang berasal dari Timur Tengah membawa hasil karya seni dan barang antik mereka ke pameran di kota-kota besar Eropa pada abad ke-20. Louis J. Cartier, kakek dari Jacques Cartier, sebelumnya telah mendirikan bisnis perhiasan keluarga di Prancis pada tahun 1847.
Saat itu, Louis menghadiri pameran tersebut dan terpesona dengan pola, bentuk, warna, dan struktur seni islam. Sehingga beberapa tahun kemudian Jacques Cartier dan saudaranya mengembangkan hubungan bisnis mereka dengan gaya artistik yang berbeda setelah berpergian ke india saat musim dingin tahun 1911-an.
Cartier bersaudara yang terdiri dari Louis, Jacques, dan Pierre mendapatkan inspirasi dari India, Iran, Afrika Utara, Semenanjung Arab, dan sekitarnya untuk mengembangkan ciri khas bisnis mereka. Gaya tersebut berevolusi dari Neoclassicism ke Art Nouveau hingga ke Art Deco. Salah satunya adalah perhiasan Tutti Frutti yang menggabungkan garis dengan batu rubi, zamrud, dan safir dalam bentuk bunga, beri, dan daun yang dapat ditemukan dalam perhiasan tradisional di India Mughal.
Setelah mengembang bisnis keluarga di seluruh dunia, Cartier bersaudara mulai menggunakan bentuk dan teknik seni islam ke dalam produk mereka seperti gelang, jam tangan, bros, kalung, cincin, jam, dan barang-barang mewah lainnya.
Lebih dari 400 objek yang ditampilkan dalam pameran ini, mulai dari tiara yang berkilauan hingga foto-foto bersejarah serta karya seni islam dari koleksi DMA yang menceritakan evolusi gaya Crtier di abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Melalui Women’s Wear Daily, director of image, heritage, and style Cartier, Pierre rainero, mengungkapkan bahwa seni islam pada saat itu adalah penemuan yang terbaru. Seni islam memiliki pesona dengan bentuk baru yang sangat dekoratif dan sangat berbeda dari ada yang sebelumnya.
Pameran ini juga menggabungkan tekonologi digital modern termasuk pertunjukan megah dan animasi video untuk menunjukkan proses kreativitas dan kerumitan setiap pembuatan perhiasan di Cartier. Dalam pameran ini juga menunjukkan proses pemotongan emas dan berlian pada tahun 1948 yang terbentuk secara mekanis agar sesuai dengan leher.
Di lansir dari Texas Monthly, Jean Scheidnes mengatakan bahwa penggunaan teknologi dalam pameran tersebut merupakan suatu cara untuk memberdayakan perhiasan dengan membuat keindahannya yang rumit menjadi lebih mudah dibaca.
Perhiasan cartier yang paling terkenal adalah Blue Hope Diamond sebesar 45,52 karat, yang ditambang pada akhir abad ke-17 di suatu tempat yang saat itu menjadi Kerajaan Golconda islam. Jean-Baptiste Tavernier membawa berlian itu kembali ke Prancis, melakukan perjalanan bolak-balik ke Persia dan India beberapa kali selama hidupnya.
Setelah itu, dunia islam membuat Prancis terpesona dan menggunakan alasan tersebut untuk melakukan ekspansi colonial ke Afrika Utara dan India. Seorang pakar seni Islam, Sabiha Al khemir mengungkapkan kepada Amy Crawfrod dari Smithsonian pada tahun 2010 bahwa sebuah pameran yang berfokus pada perhiasan mewah yang hanya dapat dibeli oleh segelintir orang yang terlihat tidak akan mengubah dunia atau meredakan ketegangan geopolitik antara timur dan barat.
Ia juga menambahkan bahwa sebuah museum dapat membantu menjembatani kesenjangan antara budaya yang berbeda. “Seni islam khususnya perhiasan yang diilhami olehnya, memanggil anda untuk mendekat dan melihat, menerima bahwa itu berbeda dan mencoba memahami bahwa meskipun sekecil apapun, mungkin terdapat sesuatu untuk dikatakan. Mungkin itu akan berbisik. Mungkin anda perlu lebih mendekat,” jelas Al Khemir.*/Annisa Yapsa Azzahra