Hidayatullah.com— Pengunduran diri Menteri Urusan Minoritas Mukhtar Abbas Naqvi hari Kamis, membuat partai yang berkuasa di India tanpa perwakilan parlemen Muslim untuk pertama kalinya dalam sejarah. Mukhtar mengundurkan diri sehari sebelum masa jabatannya sebagai anggota parlemen dijadwalkan berakhir.
Politisi berusia 64 tahun itu adalah satu-satunya menteri Muslim di bawah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi di bawah Partai Bharatiya Janata (BJP) yang memegang hampir 400 kursi di Parlemen. Pengunduran diri Mukhtar terjadi saat partai tersebut menghadapi tuduhan menindas komunitas minoritas sejak mengambil alih pemerintahan pada 2014.
India memiliki populasi sekitar 200 Muslim, menjadikannya populasi Muslim terbesar ketiga di dunia setelah Pakistan dan Indonesia. Tempat Mukhtar sekarang diambil oleh mantan aktris, Smriti Irani yang berusia 46 tahun.
Laporan media lokal sebelumnya berspekulasi bahwa BJP mungkin mempertimbangkan Mukhtar untuk memegang jabatan wakil presiden India karena partai tersebut menghadapi kecaman global menyusul salah satu anggotanya mengeluarkan pernyataan yang menghina Islam. BJP yang dipimpin Narendra Modi digambarkan sebagai partai politik terbesar di dunia, dengan memiliki 301 anggotanya di kursi parlemen.
Mundurnya Mukhtar mengakibatkan partai tersebut tidak memiliki perwakilan Muslim, termasuk di DPR. Pakar politik menilai absennya perwakilan Muslim dalam pemerintahan BJP bertentangan dengan slogan partai, yaitu ‘harmoni untuk semua’.
Analis politik dan jurnalis, Arathi Jerath mengatakan kepada Al-Jazeera, BJP sebelumnya memiliki ‘token’ ketika melibatkan perwakilan Muslim untuk bergabung dalam pemerintahannya.
“Namun, situasi berubah setelah Mukhtar mengundurkan diri. Ini adalah hal yang baru dan tidak biasa,” kata Arathi Jerath. “Mungkin ini menunjukkan bagaimana BJP telah berubah di bawah Modi yang menjelaskan bahwa partai itu masih bisa mendapatkan dukungan dan suara rakyat meski tidak memiliki perwakilan Muslim,” tambahnya.
Pada pemilihan umum 2014, BJP mempertaruhkan tujuh kandidat Muslim, tetapi tidak satupun dari mereka memenangkan kursi parlemen. Pada pemilihan umum 2019, BJP sekali lagi mempertaruhkan enam kandidat Muslim untuk merebut kursi Parlemen dan seperti yang diharapkan, tidak satupun dari mereka yang berhasil menang.
Pemimpin minoritas BJP saya, Jamal Siddiqui, mengklaim bahwa partainya tidak ‘peduli dengan perbedaan agama’ ketika memilih kandidat. “BJP memilih calon berdasarkan kebutuhan dan bukan agama,” katanya.
Sementara itu, peneliti Rahul Verma berpandangan bahwa absennya anggota parlemen Muslim kemungkinan akan ‘merusak’ prospek pemilu BJP. Dia mengatakan partai tidak terlalu nyaman dengan situasi ini karena mereka masih membutuhkan perwakilan Muslim di organisasi mereka.*