Hidayatullah.com– Seorang dokter Austria yang selama berbulan-bulan mengalami perundungan dan ancaman kekerasan dari kalangan anti-vaksin dan penganut teori konspirasi akhirnya bunuh diri.
Lisa-Maria Kellermayr ditemukan tewas di ruang praktiknya di resor tepi danau Seewalchen am Attersee pada hari Jumat. Jaksa mengatakan kepada media bahwa mereka menemukan tiga pesan bunuh diri dan tidak berencana untuk melakukan autopsi terhadap jasadnya, lansir The Guardian Selasa (2/8/2022).
Ribuan orang berkumpul di luar Katedral St Stephen di Wina pada Senin malam dan di seluruh negeri untuk memberi penghormatan kepada Kellermayr, 36, dengan nyala lilin. Banyak peserta yang mengenakan warna pink, warna kesukaannya. Presiden Austria Alexander Van der Bellen memimpin acara itu.
Kellermayr digambarkan oleh teman-teman, keluarga, dan pasiennya sebagai dokter yang bersemangat, peduli, dan dokter yang hidup untuk pekerjaannya.
Kellermayr merupakan pendukung antusias vaksin, berbagi pemikiran dan idenya di Twitter, dan kerap diwawancarai, serta mendapatkan pujian atas komunikasinya yang jelas.
Dia adalah salah satu orang paling awal yang membagikan pengamatannya bahwa pasien yang menggunakan inhaler asma seringkali lebih mampu mengatasi gejala virus.
Pada November 2021, demonstran anti-vaksinasi dan pendukung gerakan teori konspirasi coronavirus “Querdenker” mengepung klinik tempat dia bekerja di dekat Wels dan memblokir pintu masuk utama yang digunakan untuk kendaraan darurat. Lewat Twitter menyuarakan kemarahannya. Namun, dokter muda itu justru mengundang hujan kebencian.
Kellermayr mendesak polisi untuk memberikan perlindungan, tetapi dia mengklaim mereka tidak menganggap serius situasinya dan dia mempekerjakan seorang penjaga keamanan untuk berdiri di luar tempat praktiknya dan memeriksa setiap pasien sebelum masuk.
Pada bulan Februari, penjaga itu mengatakan kepada media Austria dan Jerman bahwa dia kerap mengusir orang dan menyita pisau lipat dari sejumlah orang yang ingin memasuki ruang praktik dokter itu.
Kellermayr pada bulan Juni mengatakan sudah menghabiskan €100.000 untuk biaya keamanan. “Lebih murah untuk menutup tempat praktik dan terbang ke Pasifik Selatan bersama staf saya,” ujarnya. Bulan lalu, dia mengatakan terpaksa untuk menutup tempat praktik untuk selamanya.
Dalam wawancara terakhir dengan koran ternama Austria Der Standard, Kellermayr mengatakan dia merasa ditinggalkan oleh negara Austria. “Apa yang terjadi pada saya dapat terjadi pada warga negara mana pun yang tidak dikenal atau tidak memiliki koneksi yang baik,” katanya.
Polisi di Jerman, sementara itu, mengatakan kepada Kellermayr bahwa mereka tidak dapat bertindak terhadap seorang pria yang mengirim ancaman kepadanya karena pesannya dikirim dari darknet, yang tidak dapat mereka akses.
Namun, wartawan dari Der Standard mengatakan mereka memiliki sedikit kesulitan dalam melacak tersangka ke daerah Berlin, mengidentifikasinya sebagai sosok dari kalangan neo-Nazi. Wartawan juga berhasil melacak seorang pria dari Bavaria Atas yang mengancam akan menempatkan Kellermayr di hadapan “tribun rakyat”, menuduhnya melakukan pengkhianatan.
Polisi Austria telah menolak klaim bahwa mereka gagal menanggapi ancaman terhadap Kellermayr dengan serius.
Seorang juru bicara kepolisian Austria Hulu, yang sebelumnya mendesak Kellermayr untuk “menjauh dari pusat perhatian”, mengatakan kepada kantor berita Austria APA, “Kami telah melakukan kontak terus-menerus dengan dokter itu sejak November dan telah mencoba menawarkan perlindungan untuknya. Kami melakukan segala yang mungkin terkait dengan keamanan serta menyelidiki [ancaman].” Penyelidikan masih terus dilakukan, katanya.
Pemerintah Austria bulan lalu membatalkan rencana kontroversial untuk mewajibkan vaksinasi Covid-19 untuk orang dewasa, yang telah menyebabkan protes nasional.*