Hidayatullah.com– Jerman berencana mengganti tiket transportasi umum €9 per bulan yang sukses menarik banyak minat masyarakat dengan harga baru €49. Akibatnya, masyarakat pun menjerit.
Tiket €9 (sekitar £7,80 atau sekitar 138.500 rupiah) diperkenalkan sebagai eksperimen selama musim panas dalam upaya menarik orang untuk menggunakan transportasi umum dan membantu melawan kenaikan inflasi.
Keputusan tentang Tiket Deutschland baru itu dibuat setelah pertemuan antara pemerintah federal dan pimpinan 16 negara bagian Jerman untuk menentukan siapa yang harus menanggung biaya subsidi, lapor The Guardian Kamis (3/11/2022).
Para pakar transportasi menyambut baik kenaikan tersebut, karena dipandang wajar mengingat di seluruh dunia biaya transportasi juga naik.
Akan tetapi, kalangan pekerja sosial dan bantuan kemanusiaan kebijakan baru justru tidak akan dapat dijangkau oleh jutaan masyarakat di Jerman, terutama mereka yang harus pergi bekerja dengan menggunakan transportasi umum dan gajinya terbatas. Mengingat biaya hidup sekarang ini semakin mahal dari hari ke hari.
Para aktivis lingkungan juga mengkhawatirkan tarif baru justru akan mengurangi jumlah pengguna transportasi umum, mendorong orang kembali menggunakan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil yang berkontribusi terhadap masalah perubahan iklim dan pemanasan global.
Michaela Engelmeier, ketua asosiasi sosial Jerman yang merupakan sebuah kelompok lobi, mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik keputusan tersebut, tetapi pada saat yang sama meyakini banyak orang yang tidak sanggup membayar €49 (sekitar 754.448 rupiah) per bulan. Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong agar tarif €365 per tahun disetujui.
Setelah tiket €9 habis masa berlakunya, setiap wilayah negara bagian dipersilahkan menguji coba tarif baru tersebut atau tidak. Berlin sendiri awalnya berinisiatif untuk bergerak sendiri dengan mematok tarif €29, yang bisa dibeli secara berlangganan mulai Oktober dan seterusnya, tetapi hanya berlaku untuk seputar wilayah Berlin sampai akhir Maret.
Tiket baru ini diperkirakan menelan biaya sekitar €3 miliar dalam bentuk subsidi pembayar pajak, dan akan dibagi rata antara pemerintah federal dan negara bagian. Kebijakan ini bisa diberlakukan pada awal Januari.
Stefan Carsten, seorang ahli geografi perkotaan dan futurolog yang menyusun laporan mobilitas tahunan untuk sebuah thinktank di Berlin, memandang harga tiket baru sebagai langkah ke arah yang benar tetapi mengatakan keputusan itu banyak cacatnya.
“Kits setidaknya sedang menuju sistem transportasi berkelanjutan, sosial dan inklusif. Ada beberapa domino di Eropa yang sudah jatuh ke arah itu, seperti di Luxembourg di mana transportasi umum sekarang gratis,” katanya kepada Der Spiegel.
“Di Luxembourg, “tiket gratis” bagaikan buah ceri di atas cake. Namun di Jerman, kita bahkan tidak punya cakenya. Untuk memiliki sistem transportasi yang menarik, kita perlu memikirkan kembali perihal transportasi di daerah-daerah pedesaan dan pinggiran kota.”
Pemerintah seharusnya memikirkan untuk mengkombinasikan segala macam bentuk transportasi, termasuk layanan car pooling dan mengizinkan sepeda dibawa ke atas kereta.
Sementara itu, kalangan warga pengguna sepeda sebagai alat transportasi harian mengaku kerap tidak diajak berunding. ADFC, kelompok lobi yang mewakili kepentingan pengendara sepeda, menginginkan sepeda diizinkan naik kereta api secara gratis sebagai bagian dari harga tiket perjalanan, daripada orang harus membayar biaya tambahan untuk sepeda.*