Hidayatullah.com—Lebih dari 100 orang tewas dan ratusan lagi cedera hari Selasa dalam kejadian ledakan bom menargetkan konvoi melibatkan puluhan bus yang membawa warga yang dievakuasi dari Kota Foua dan Kafraya dibawah kesepakatan antara rezim Presiden Bashar al-Assad dan kelompok oposisi.
Kelompok Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyatakan, jumlah korban tewas akibat serangan bom terhadap pengungsi Suriah di Aleppo telah menembus angka 100 orang.
SOHR menginformasikan kejadian pemboman itu terjadi di daerah Rashidin di pinggiran Aleppo ketika konvoi terlibat menunggu izin untuk memasuki kota utara itu, pada hari Jumat lalu.
“Mereka yang tewas sebagian besar penduduk desa al-Foua dan Kefraya di provinsi Idlib, namun sejumlah anggota oposisi yang menjaga rombongan juga turut menjadi korban tewas,” kata kelompok pemantau itu, seperti dilansir Reuters pada AHad (16/04/2017).
Baca: 100 Warga Tewas Termasuk Anak-anak Oleh Serangan Gas Beracun Tentara Bashar al Assad
Setidaknya 68 anak-anak tewas dalam ledakan yang melanda bus pembawa pengungsi dari kota-kota yang terkepung di Suriah, dmikian laporan Observatorium HAM untuk Suriah (SOHR).
“Korban tewas akibat serangan bom terhadap konvoi bus yang penuh sesak di luar Aleppo telah mencapai setidaknya 126, termasuk puluhan anak-anak, dalam insiden paling mematikan di Suriah dalam hampir satu tahun,” kata SOHR.
“Korban terluka termasuk beberapa anak-anak dikirim ke rumah sakit di Aleppo untuk menerima pengobatan,” kata juru bicara SOHR.
Sementara itu, media lokal melaporkan potongan anggota tubuh dan beberapa mayat korban ditemukan tergeletak dekat bus yang hancur dalam ledakan tersebut.
Baca: Pemimpin Eropa: Semua Bukti Serangan Senjata Kimia Mengarah Bashar al Assad
Dalam sebuah pernyataan, kelompok opisisi, Ahrar Syam turut mengutuk pemboman tersebut.
“Kami menolak segala tuduhan yang dilemparkan untuk kejahatan keji ini. Peran kami adalah untuk melindungi warga sipil dan bukan membunuh mereka,” kata juru bicaranya.
Insiden itu juga menyebabkan ribuan penduduk terdampar, namun proses transfer tersebut dilanjutkan tidak lama setelah itu.
Sebagaimana diketahui, lebih 5000 penduduk hidup di bawah kepungan selama lebih dua tahun di dua kota tersebut bersama 2200 dari Madaya dan Zabadani dipindahkan di bawah perjanjian pertukaran.
Konvoi yang sedang menunggu di sebuah depot bus di daerah yang dikuasai pemerintah di pinggiran Aleppo ini, beberapa mil dari tempat serangan itu terjadi. Para pengungsi di Madaya mengatakan mereka mendengar ledakan itu.*