Hidayatullah.com–Setidaknya 100 warga sipil telah terbunuh dalam 48 jam terakhir oleh serangan-serangan udara AS yang menarget para petempur di Raqqa, ibu kota de-facto Dawlah Islāmiyah fī Irāq was Syām (ISIS) di Suriah.
Para penduduk mengatakan pada Aljazeera hari Selasa, sekitar 100 warga sipil telah terbunuh sejak Ahad, dan 55 warga sipil terbunuh di pemukiman timur Bedou dan al-Sukhani pada Senin.
Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris menyebut korban terbunuh pada Senin hanya 42, termasuk 19 anak-anak dan 12 perempuan, dan 27 orang terbunuh pada Ahad– jumlah korban dua hari itu 69 orang.
Kematian itu terjadi karena kampanye pengeboman kejam selama dua hari berturut-turut di Raqqa, yang lebih dari setengah wilayahnya telah dikuasai oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dukungan AS yang melawan ISIS.
“Jumlah korban sangat tinggi karena serangan-serangan udara menarget pemukiman di pusat kota yang padat dengan penduduk sipil,” direktur SOHR Rami Abdel Rahman mengatakan pada kantor berita AFP.
“Terdapat beberapa bangunan penuh sesak dengan penduduk sipil yang mencoba menghindari garis depan pertempuran.
“Serangan-serangan koalisi menarget bangunan apapun di mana pergerakan ISIS terdeteksi,” tulis Aljazeera, Selasa, 22 Agustus 2017.
Baca: Pemimpin ISIS Abu Bakar al Baghdadi Dipercai Tewas oleh Serangan Rusia
Awal bulan ini, kelompok kemanusiaan Doctors Without Borders (dikenal dalam akronim bahasa Prancis, MSF) melaporkan bahwa makanan dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk merawat orang-orang yang terluka semakin sedikit.
“Di kota Raqqa, jika anda tidak mati karena serangan udara, anda mati karena serangan mortar; jika tidak karena mortar maka karena tembakan Sniper; jika tidak karena Sniper, maka karena alat peledak,” ujar MSF, mengutip seorang berumur 41 tahun yang meninggalkan Raqqa setelah kehilangan tujuh anggota keluarganya.
“Dan jika Anda dapat hidup, anda terkepung oleh kelaparan dan haus, karena tidak ada makan, tidak ada air, tidak ada listrik.”
Ribuan terperangkap
Koalisi pimpinan AS, yang beroperasi baik di Suriah dan Iraq, mengatakan akan mengambil semua langkah yang memungkinkan untuk menghindari korban sipil.
Pada Agustus, koalisi mengakui kematian 624 penduduk sipil dalam serangannya di Suriah dan Iraq sejak 2014, tetapi kelompok HAM mengatakan jumlah sebenarnya jauh lebih besar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan terdapat lebih dari 25.000 penduduk sipil terperangkap di dalam kota itu, dengan suplai makanan dan bahan bakar yang sedikit dan sangat mahal.
Perwakilan kemanusiaan PBB di Suriah, Jan Egeland, telah mengatakan wilayah yang diduduki ISIS di kota Raqqa saat ini merupakan “wilayah terburuk” di Suriah.
Perang Suriah, dimulai dengan demonstrasi damai pada Maret 2011 yang menolak Presiden Bashar al-Assad, telah berputar menjadi sebuah perang sipil dengan banyak pihak.
Jumlah kematian karena itu mencapai lebih dari 400.000 orang, menurut perkiraan PBB.*