Hidayatullah.com—Sejumlah artis menarik diri dari festival Pop-Kultur di kota Berlin pekan ini, setelah mengetahui bahwa Kedutaan Israel menjadi sponsor acara tersebut.
Pop-Kultur, salah satu festival besar yang digelar di Jerman dan didedikasikan untuk budaya pop kontemporer, pertama kali digelar tahun 2015 di Berghain dan kedua tahun 2016 di distrik Neukolln. Tahun 2017 ini digelar di Kulturbrauerei dengan menampilkan lebih dari 70 konser, bersama puluhan pertunjukan DJ, acara bincang-bincang, pameran dan penayangan film. Festival itu biasa didatangi ribuan pengunjung berusia muda.
Tahun ini, artis yang pertama memboikot acara itu adalah band Mazaj Rap dari Suriah. Pernyataan mereka yang menyesalkan adanya sponsor dari Israel menimbulkan efek domino.
Band asal Mesir Islam Chipsy & EEK menyusul mengambil sikap yang sama. Mereka menegaskan sebelumnya tidak mengetahui jika Kedutaan Israel adalah salah satu penyokong dana festival tahun ini, lapor Ahram Online.
Emel Mathlouthi asal Tunisia dan Hello Psychaleppo asal Suriah juga mengumumkan boikot dengan mengeluarkan pernyataan serupa.
Hari Ahad (20/8/2017), artis dan musisi Annie Goh yang berbasis di Berlin ikut memboikot acara itu. Dia menyatakan sikapnya merupakan bentuk “solidaritas kepada rakyat Palestina, yang menyerukan boikot terhadap institusi-institusi Israel sampai mereka tunduk kepada hukum internasional.”
Aktivis Abir Kopty kepada Ahram Online mengatakan sikap pengumuman boikot oleh Mazaj membuat dirinya menyoroti sponsorship Kedutaan Israel dan mendorongnya untuk mengontak artis dan musisi lain agar ambil bagian dalam aksi boikot.
Grup metal asal Finlandia, Oranssi Pazuzu, hari Selasa (22/8/2017) menyatakan mundur dari festival. Mereka menilai dengan adanya sponsor dari Kedutaan Israel acara tersebut telah dikotori oleh kepentingan politik.
Omar Barghouti, aktivis HAM Palestina yang juga pendiri gerakan BDS terhadap Israel, memuji langkah yang diambil para artis tersebut.
“Artis-artis dari Inggris dan negara lainnya juga mempertimbangkan untuk menarik diri dari festival itu, sebab mereka tidak ingin nama mereka dicatut oleh Pop-Kultur yang bersikap seolah tidak ada penjajahan dan apartheid oleh Israel,” kata Barghouti.*