Hidayatullah.com–Sebanyak 120.000 orang sejauh ini telah mengungsi dari daerah yang dikuasai oposisi, Ghouta Timur di pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus, kata satu kelompok pemantau pada Jumat (23/03/2018), kutip Reuters.
Kepergian mereka dilakukan sehari setelah Faylaq al-Rahman setuju menyerahkan daerahnya di Ghouta, termasuk pinggiran Kota Arbin, Zamalka, Ein Tarma, dan Jobar, sebagai imbalan atas jalur perjalanan yang aman ke utara menuju Provinsi Idlib.
Yang paling akhir adalah sebanyak 2.450 orang yang mencapai daerah yang dikuasai pemerintah melalui tempat penyeberangan Wafidin di sebelah timur-laut Damaskus pada Jumat, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.
Warga sipil telah meninggalkan Ghouta Timur sejak 14 Maret, dan jumlahnya terus bertambah setiap kali militer Suriah merebut daerah baru di daerah itu, demikian laporan Xinhua .
Perkembangan tersebut terjadi saat makin banyak daerah jatuh ke dalam kendali pasukan Suriah di Ghouta Timur dan kelompok oposisi setuju untuk mengosongkan posisi mereka dan pergi ke daerah yang dikuasai oposisi di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah.
Pasukan Suriah sudah merebut lebih dari 80 persen daerah itu sejak melancarkan serangan besar untuk merebut wilayah yang dikuasai oposisi pada penghujung Februari.
Ghouta Timur, wilayah pertanian dengan luas 105 kilometer persegi yang terdiri atas beberapa kota kecil dan lahan pertanian, menimbulkan ancaman terakhir buat ibu kota Suriah karena kedekatannya dengan permukiman yang dikuasai reim Basar di sebelah timur Damaskus dan serangan mortir yang berlangsung terhadap daerah permukiman di Damaskus, sehingga mendorong orang ke ambang penderitaan.
Ghouta sebuah kawasan subur dan pusat pertanian, 13 km di timur laut Damaskus, kawasan Bumi Syam ini disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi sallam dalam beberapa hadits sahih sebagai tempat berkumpulnya kaum Muslimin terbaik pada saat malhamah kubro nanti.
Empat kelompok utama oposisi saat ini berada di dalam Ghouta Timur, yaitu Tentara Islam, Failaq Ar-Rahman, Ahrar Ash-Sham, dan Hai’ah Tahrir as-Syam (Komite Pembebasan Syam).
Berbagai lembaga kemanusiaan telah menyampaikan kekhawatiran mengenai situasi kemanusiaan yang bertambah buruk bagi 400.000 orang di wilayah itu, tempat para pegiat mengatakan sebanyak 1.000 orang telah tewas sejak penghujung Februari akibat pemboman sengit dan operasi militer di daerah Ghouta Timur.*