Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) membuka sukarelawan pendidik untuk diterjunkan sebagai guru di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). pembukaan sukarelawan ini khususnya ditujukan kepada para aktifis PII di seluruh Indonesia untuk memperkuat anggota PII di Aceh yang telah membuka sekolah darurat. Demikian pernyataan Ketua Umum PB PII Zulfikar ketika konfrensi pers di sekretariat, Jalan Menteng Raya 58 Jakarta, Kamis (22/5). “Kepedulian ini disebabkan karena keadaan krisis di NAD belum terpikirkan oleh pemerintah kecuali masalah materi. Sedangkan puluhan ribu pelajar di Aceh proses belajar mengajar terhenti. Padahal saat ini para pelajar diambang ujian nasional. Bahkan pelajar Aceh harus menmpuh ujian pelajar dan ‘ujian’ hidup agar survive dalam menuntut belajar,” tambahnya. Oleh karena itu Zulfikar beserta jajarannya saat ini mengkampanyekan berlangsungnya pendidikan dalam keadaan apapun dan beasiswa penuh bagi pelajar Aceh. Dan PII membuka Dana Pendidikan untuk Pelajar Aceh. Selain itu PB PII meminta kepada pemerintah agar segera memperhatikan berlangsungnya proses belajar mengajar meski dalam keadaan darurat yang di gelar di camp-camp pengungsi yang telah di gelar PII di seluruh tanah rencong. Menurut ketua tim advance peduli pendidikan Aceh, Andi Bahrain, kemarin (22/5) pengurus daerah PII Pidie dan Brieun, dan Banda Aceh telah mengirim surat meminta agar PB PII mengirimkan sukarelawan para instruktur dan para aktifis PII se-tanah air untuk terjun menjadi guru di sekolah darurat yang telah di gelar di Aceh. Dan saat ini PB PII telah berusaha bekerjasama dengan pihak terkait dalam hal ini Mendiknas dan Mendepsos untuk ikut mendukung programmyang telah dijalankan PII Aceh. Setidaknya kata Andi, pemerintah harus bisa menjamin ketenangan proses belajar mengajar di sekolah darurat itu. Selain itu katanya, pemerintah juga harus ikut membantu prasarana dan sarana berlangsungnya pendidikan di Aceh agar tetap berjalan sesuai dengan kalender pendidikan dan tidak terlantarnya para pelajar Aceh dalam menuntut ilmu. Dalam minggu ini tim advence dibawa pimpinan Andi Bahrain akan melakukan survei di NAD untuk dapat memastikan dibutuhkan berapa tenaga sukarelawan pendidik di Aceh dan berapa dana bantuan pendidikan sekolah darurat itu yang diperlukan. Adapun penggalangan dana peduli pendidikan sekolah darurat di Aceh telah kita canangkan hari ini (22/5), jelas Andi. Sementara menurut harian Media Indonesia, sekitar 40 ribu pelajar di sejumlah kabupaten/kota di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), terpaksa diliburkan karena gedung sekolah ludes dibakar dalam empat hari terakhir. Tiga badan PBB mengimbau jadikan fasilitas pendidikan sebagai kawasan damai. Adapun Wakil Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Propinsi NAD, Anas M Adam P.Pd di Banda Aceh, sebagaimana di kutip Media Indonesia, menyatakan tercatat sebanyak 251 unit atau sekitar enam persen dari jumlah gedung sekolah yang mencapai 4.864 unit di tujuh kabupaten /kota itu dibakar orang tak bertanggungjawab Sementara UNICEF dalam siaran persnya menyatakan akan mengirim 300 perlengkapan sekolah darurat serta 50 tenda sekolah ke Aceh untuk anak-anak yang terpaksa mengungsi, serta di wilayah-wilayah tempat ratusan gedung sekolah telah dibakar. Fasilitas ini akan dibangun bersama-sama pemerintah pusat dan Propinsi nanggroe Aceh Darussalam (amz)