Hidayatullah.com–Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengecam tindakan aparat Polresta Tanjung Perak, Surabaya, yang telah melakukan aksi sweeping terhadap anggota Jamaah Tabligh di Pelabuhan Tanjung Perak. Kecaman itu disampaikan Sekretaris Umum MUI Pusat, Dr Dien Syamsudin di Surabaya, Kamis, disela-sela menghadiri Rapat Koordinasi Antar Daerah VII MUI se-Jawa yang berlangsung tanggal 27 hingga 29 Agustus. Tindakan sweeping dilakukan terhadap Jamaah Tabligh dari Makassar, Selasa (26/8), yang hendak pergi ke Pondok Pesantren Al Fatah, Temboro, Magetan untuk mengikuti acara tabligh akbar. Sweeping yang dilakukan Polrestas Tanjung Perak, dengan cara menggeledah satu per satu tas dan barang bawaan yang dibawa anggota jamaah tabligh yang baru turun dari kapal. Dien mengatakan Jamaah Tabligh merupakan kelompok umat Islam yang berasal dari India, mereka berpegang teguh pada prinsip mengikuti rasul walaupun pemahaman dan pendekatan mereka secara harfiah. “Mereka mengikuti bagaimana rasul makan, berpakaian, berjalan dan lain sebagainya, yang sangat-sangat harfiah,” katanya. Menurut Dien kelompok ini berprinsip keluar dari tempat tinggalnya untuk melakukan jaulah (dakwah), kelompok ini hanya merupakan gerakan dakwah, tidak berpolitik dan menjadi organisasi internasional. “Di Amerika Serikat saja kalau ada muktamar jamaah tabligh yang datang bisa mencapai 40.000 hingga 50.000 orang yang berasal dari berbagai negara dengan biaya sendiri,” katanya. Karena itu, ujar Dien, tidak tepat kalau organisasi ini dikaitkan dengan teroris. “Saya tidak melihat adanya orientasi politik, apalagi yang bersifat kekerasan, karena itu kepada pemerintah jangan mengeneralisasi (gebyah uyah) kelompok Islam,” katanya. Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah ini mengaku sebenarnya dirinya sudah mengingatkan jangan ada generalisasi terhadap umat Islam dalam kasus terorisme ini. “Kalau ada umat Islam yang terlibat dan dia warga negara Indonesia tindak saja secara hukum, jangan sampai karena sekarang beredar banyak dokumen dan saya menduga bahwa dokumen itu adalah dokumen intelijen, jadi belum fakta di lapangan,” katanya. Dien mengatakan dokumen intelijen itu penuh dengan dugaan-dugaan, sehingga kalau dipegang sebagai rujukan dan orang per orang ditangkap, pesantren tertentu diinfiltrasi ini sudah melampai batas, sedangkan pemerintah dan Polri terjebak pada skenario internasional. “Ini kami yakini sebagai skenario internasional yang ingin merusak Islam dan umat Islam. Jadi ‘sweeping’ itu sangat menyakitkan hati umat Islam dan ini sudah saya sampaikan langsung ke Kapolri,” katanya. Dua hari lalu, ribuan Jamaah Tabligh, sebuah kelompok dakwah yang berpusat di India ini memasuki pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya guna melaksanakan tabligh akbar di daerah Temboro, Magetan, Jawa Timur. Sayangnya, aparat polisi dari Polresta Tanjung Perak, Surabaya kemudian melakukan aksi sweeping terhadap anggota Jamaah Tabligh di pintu keluar Pelabuhan Tanjung Perak, yang dianggapnya sebagai tindakan keamanan. Beberapa kalangan menilai, spirit aparat memburu ‘hantu; JI dan aksi terorisme, termasuk memeriksa kelompok-kelomopok Islam bukan tidak mungkin akan membuat hubungan tidak harmonis aparat dan umat Islam seperti halnya dimasa lampau. (Ant/sm)