Hidayatullah.com–Aliansi Solidaritas untuk Muslim (ASOUM) melaporkan hilangnya tiga aktivis ASOUM dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), yakni Sonhadi (anggota MMI asal Surabaya) yang menghilang sejak Kamis (12/8), Ismail (asal Surabaya tapi bukan pengurus MMI Surabaya) yang menghilang sekitar satu bulan lalu, dan Candra (asal Pasuruan, bukan pengurus) yang menghilang sekitar setengah bulan silam. Raibnya aktivis ASOUM itu disampaikan Humas ASOUM, Zulkarnaen Yusuf (Ketua Lajnah Perwakilan MMI Surabaya), saat bertemu Kepala Bidang Humas Polda Jatim Kombes Pol Drs Endro Wardoyo SH MHum di Balai Wartawan, Mapolda Jatim, Kamis sore, bersama tujuh aktivis Pemuda Muhammadiyah (PM) Surabaya dan tujuh aktivis ASOUM lainnya. “Kami tidak tahu siapa pelakunya, tapi isteri Sonhadi sempat menerima tamu yang mengembalikan sepeda motor suaminya. Tamu itu mengaku anggota polisi,” kata Zulkarnaen. Disiksa Polisi Dalam kesempatan itu ASOUM juga menyinggung kasus penculikan dan penganiayaan terhadap Muhammad Saifuddin Umar alias Ustadz H Safuddin alias Abu Fida (38), yang ditengarai dilakukan oleh Komisaris Polisi Bahagia Dachi (Wakasat Reskrim Polwiltabes Surabaya) bersama anak buahnya. Untuk memperkuat sangkaan, ASOUM menyerahkan VCD tentang penganiayaan Saifuddin Umar yang sempat direkam ASOUM pada 17 Agustus lalu. “Di dalamnya, Ustadz Saifuddin Umar sempat ditanya guru kami, siapa yang menganiaya kamu ? Saifuddin menjawab yang melakukan adalah bapak Bahagia Dachi dan anak buahnya,” kata Zulkarnaen Yusuf. Menanggapi hal itu, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Endro Wardoyo menyatakan jika rekaman dilakukan pada 17 Agustus berarti tersangka Saifuddin Umar masih dalam kondisi sakit, sehingga keterangannya tak mungkin dapat dipertanggungjawabkan. “Kami saja menganut UU bahwa orang yang sakit tak boleh diperiksa, karena itu kami selalu menanyakan kondisi dan kesehatan tersangka sebelum melakukan pemeriksaan. Apa keterangan yang sakit dapat dipertanggungjawabkan secara hukum? Karena itu, Kapolda Jatim saat bertemu ayah Saifuddin menyatakan akan membantu pengobatan Saifuddin,” katanya. Tersangka Muhammad Saifuddin Umar alias ustadz H Saifudin alias Abu Fida (38) ditangkap tim gabungan Mabes Polri dan Polda Jatim pada 4 Agustus lalu, karena tersangka menyembunyikan dua tersangka utama bom Dr Azahari dan Nurdin Moh Top di Surabaya selama dua bulan pada Juni-Juli. Dengan sikap tersangka yang kooperatif, apalagi tersangka juga berjanji siap membantu polisi untuk mencegah terjadinya tindakan terorisme di Indonesia, maka polisi akhirnya melepas tersangka di wilayah Kediri pada 10 Agustus lalu, tapi penyidik hanya sempat melakukan komunikasi sehari setelah pelepasan. Tersangka pada tanggal 11 Agustus sudah di RSUD dr Soetomo Surabaya, sedangkan penyidik menerima informasi tersangka pulang ke keluarganya pada 16 Agustus dan saat bertemu keluarga tersangka itu, polisi meminta kepada keluarga untuk melaporkan kasus penganiayaan yang dialami tersangka kepada kepolisian agar polisi dapat mengusut tuntas. Disundut Rokok Ketua Departemen Data dan Informasi MMI, Fauzan Al-Anshari, dalam pernyataan persnya menginformasikan sejumlah luka-luka yang diderita Saifuddin Umar. ?Ada tiga luka bekas sundutan rokok di pipi; dua di kanan dan satu kiri, serta satu luka di tangan kanan dan satu tangan kiri. Juga ada satu luka sayat di tangan kanan dan satu luka sayat di tangan kiri,? jelas Fauzan. Selain itu pada tubuh Saifuddin juga ditemukan benjolan besar di dahi, luka memar memanjang di punggung. Jumlahnya lebih dari lima. Terdapat luka memar di pangkal paha hingga atas mata kaki kanan, serta luka memar di atas mata kaki hingga tulang kering kaki kiri. Kuku jari Saifuddin juga tak lepas dari sasaran penyiksaan. Masih menurut Fauzan, kuku jari kelingking tangan kanannya pecah serta kuku ibu jari kaki kiri lepas. Terdapat lebam di bibir kirinya. Yang mengenaskan lagi, Saifuddin kini mengalami depresi berat. Gejalanya, sering ketakutan dan berteriak histeris saat berjumpa orang yang tidak dikenalnya. Sehingga sampai kini harus menjalani terapi di Rumah Sakit Jiwa Menur, Surabaya. Atas kejadian itu ASOUM dan MMI mendesak agar Kapolri Jenderal Dai Bachtiar membubarkan Detasemen Khusus (Densus) 88-Anti Teror yang dicurigai telah dimanfaatkan kelompok anti Islam untuk membungkam dakwah Islam dengan menangkapi para aktivis Islam di seluruh Tanah Air. Sementara itu, Ketua Pemuda Muhammadiyah Surabaya, Aqib Zarnuji, menyampaikan pernyataan sikap, di antaranya mengutuk keras penganiayaan terhadap Saifuddin Umar yang belum dibuktikan keterlibatannya dalam jaringan teroris melalui persidangan, karena itu Komnas HAM dan Kapolda Jatim didesak untuk mengusut tuntas kasus itu.* (RoL, Shw).