Hidayatullah.com– Sejak musibah terjadi pada Senin (28/3) malam, bantuan makanan dan obat-obatan belum mengalir. Ini terjadi akibat gangguan pada transportasi udara, sementara hubungan laut membutuhkan waktu beberapa hari dari Medan ke lokasi.
Kendati gubernur dan menteri sudah ada di lokasi bencana, sampai Rabu petang bantuan makanan tak jua datang. Pada sisi lain, stok makanan semakin menipis, dan sejumlah toko sudah tutup karena tidak ada lagi stok barang.
Hal sama terjadi di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan. Mensos, Bachtiar Chamsyah, mengakui adanya kekurangan makanan tersebut usai meninjau wilayah gempa dengan menggunakan helikopter. ”Masyarakat sangat membutuhkan beras karena belum mendapat pasokan makanan,” ujar Bachtiar yang didampingi Menkes, Siti Fadilah Supari, dan Gubernur Sumut, Rizal Nurdin.
Ribuan warga yang mengungsi ke pegunungan pun mengalami kondisi yang sama, kekurangan makanan dan obat-obatan. Di perbukitan dan Gunung Honositoli, masih bertahan ribuan pengungsi yang takut munculnya gelombang tsunami. Warga Gunungsitoli, Riang (23), mengatakan selain makanan, mereka juga membutuhkan obat-obatan. ”Besok sudah tidak ada lagi yang bisa kami masak. Kalau tidak ada bantuan makanan, kami mau makan apa?” kata Riang.
Bantuan Asing
Sebuahj lembaga bantuan asal Inggris, Oxfam kemarin telah menerbangkan tenda-tenda, makanan dan air, kantong jenazah serta obat-obatan darurat. Mereka juga memberikan perlengkapan bantuan seperti pompa air, penampung air dan peralatan komunikasi diperkirakan akan diterbangkan hari Jum’at, seperti dikutip BBC.
Australia juga tengah mengirim pesawat militernya yang ketiga setelah laporan-laporan awal dari pejabat badan bantuan daruratnya mengatakan situasi di Nias lebih buruk dari perkiraan.
"Ini adalah krisis kemanusiaan yang paling genting," kata Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer. "Laporan-laporan yang kami terima tengah malam, saya harus akui, sangat buruk."
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama rombongan, di antaranya Menteri Sosial Bachtiar Chamsjah, Kamis siang kemarin, sekitar pukul 10.50 WIB mendarat di Bandara Binaka Kabupaten Nias dengan pesawat jenis CASA, selanjutnya terbang dengan helikopter dan mendarat di lapangan sepakbola Pelita Kota Gunung Sitoli.
Rombongan Presiden disambut Gubernur Sumut H.Tengku Rizal Nurdin dan Bupati Nias Binahati Bahea langsung meninjau rumah-rumah dan bangunan yang hancur akibat bencana alam yang terjadi Senin malam lalu.
Presiden tampaknya tidak bisa menyembunyikan kesedihan dan keprihatinannya atas peristiwa bencana alam gempa bumi yang menewaskan ratusan penduduk di kabupaten kepulauan tersebut ketika menyaksikan para petugas regu penyelamat dan penolong yang mencari korban di bawah
reruntuhan bangunan rumah, toko dan gedung lainnya.
Salah satu rumah sakit terapung milik AL AS (US Navy), USNS Mercy, telah diperintah balik ke perairan Indonesia dalam rangka melakukan misi kemanusiaan di Nias.
Kapal AS ini belum lama meninggalkan Indonesia dan saat ini berada di Timor Leste. Sebelumnya, bekas kapal tanker yang diubah fungsi sebagai hospital ship itu dikerahkan dalam misi kemanusiaan untuk membantu korban gempa dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2004.
Menurut Dubes AS untuk Indonesia B. Lynn Pascoe, rumah sakit terapung yang dioperasikan sejak 1986 itu telah diberangkatkan dari Timor Leste sejak Rabu lalu. Diperkirakan, kapal berkapasitas sepuluh ribu tempat tidur itu tiba di Nias dalam lima hari mendatang.
Jumlah pengungsi di Teluk Dalam diperkirakan mencapai sekitar 6000 orang. (Cha, berbagai sumber)