Senin, 12 Desember 2005
Hidayatullah.com–Diantara hasil penting pertemuan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang diselenggarakan di Auditorium Al-Thayyibah FPIK, Institut Pertanian Bogos (IPB) akhirnya ditutup, Senin (12/12) siang ini. Salah satu rekomendasi penting pertemuan itu adalah membangun profesionalisme LDK untuk menuju optimalisasi dakwah dan mempercepat Islam Kaffah.
Selain itu, pertemuan wakil aktivis masjid kampus se Indonesia itu juga merekondasikan beberapa poin pikiran. Diantaranya; menolak kapitalisasi pendidikan, mengecam privatisasi air, menolak kebijakan pemerintah yang menaikkan bahan bakar minyak (BBM) serta menolak Sipilis (sekularisme, pluralisme dan liberalisme).
Penetapan penolakan "Sipilis" ini sempat menyebabkan ketegangan sejenak. Sebab, diantara wakil dari mahasiswa Universitas Islam Negeri (dulu IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta memprotesnya. Meski demikian, mayoritas wakil LDK seluruh Indonesia tetap bersepakat menolaknya.
Pertemuan LDK yang diselenggarakan selama empat hari sejak tanggal 9 Desember berakhir hari ini, Senin, 12 Desember 2005.
Acara bertajuk "Membangun Profesionalisme LDK Menuju Optimalisasi Dakwah" menghadirkan sekitar 400 wakil LDK dari berbagai kampus seluruh Indonesia.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) pertama hadir di sekitar tahun 90-an tatkala banyaknya aktifitas di berbagai masjid-masjid kampus di seluruh Indonesia. Dalam perkembangannya, tokoh-tokohnya, kini termasuk diantara yang membidanya lahirnya partai-partai Islam dan bergabung di sejumlah elemen gerakan Islam.
Menurut salah satu Panitia Pertemuan LDK di Bogor, Ifan Sofyan, yang juga mahasiswa IPB, pertemuan LDK kali ini sebagai langkah koordinasi antar LDK di seluruh Indonesia.
Sayangnya, pertemuan langkah ini tak banyak mengundang berbagai eleman gerakan dan ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia. (laporan Imam dan Rouf)