Hidayatullah.com—Pernyataan terbaru dari Jemaah Ahmadiyah (JAI) ini disampaikan dalam sebuah konferensi pers di Bayt Al-Quran, Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, Kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa (15/1) pagi.
Dalam kesempatan ini, Ahmadiyah menyatakan bahwa mereka akhirnya meyakini Muhammad Rasulullah adalah Nabi penutup (Khatamun Nabiyyin) dan Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai guru dan pembawa berita gembira, peringatan serta pengemban 'mubasysyirat'.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Amir Pengurus Besar JAI, Abdul Basit, kepada wartawan di Jakarta, sesudah berdialog dengan sejumlah tokoh masyarakat dan pemerintah sebanyak tujuh kali sejak 7 September 2007 yang difasilitasi Balitbang Departemen Agama.
Pernyataan terbaru Ahmadiyah ini merupakan 12 butir pokok-pokok keyakinan dan kemasyarakatan dari pertemuan dengan pihak Balitbang Depag sejak September 2007.
Selain Ahmadiyah, konfrensi pers ini disaksikan Kepala Balitbang Depag Prof Dr Atho Mudzhar, Deputi Seswapres bidang Kesra Prof Dr Azyumardi Azra, Kaba Intelkam Polri Irjen Pol Saleh Saaf, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof Dr Ridwan Lubis, serta Ketua II Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI).
Selain itu, Abdul Basit juga mengatakan, 12 butir kesepakatan dengan pihak Depag itu diantaranya adalah penjelasannya mengenai dua kalimah syahadat, dan meyakini tak ada wahyu syariat setelah Al-Quranul Karim yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan bahwa Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad adalah sumber ajaran Islam yang dipedomaninya.
"Buku Tadzkirah bukanlah kitab suci Ahmadiyah melainkan catatan pengalaman rohani Mirza Ghulam Ahmad yang dibukukan sejak 1935, 27 tahun setelah beliau wafat pada 1908," kata Basit.
Pihaknya juga menyatakan tak akan mengkafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah dan tak akan menyebut masjid yang dibangun Ahmadiyah dengan Masjid Ahmadiyah dan terbuka untuk seluruh umat Islam.
Sementara itu, Kabalitbang Depag Atho Mudzhar mengatakan pihaknya hanya memfasilitasi dialog tersebut, namun soal penilaian tentang penjelasan 12 butir yang telah dihasilkan ini akan dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Atho juga menyatakan, dengan hasil dialog ini pihaknya berharap tak ada lagi pertentangan antara Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan umat Islam lainnya, sementara golongan Ahmadiyah lainnya yakni Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) memang tak ada persoalan.
Tenaga Ahli Staf Khusus Wapres Dr Mafri Amir mengatakan, penjelasan ini adalah pelurusan yang menegaskan bahwa JAI sekarang sudah ada dalam alur yang benar dan dengan demikian merupakan suatu lompatan besar.
Dengan pernyataan terbaru ini, Ahmadiyah, akhirnya ingin menunjukkan, bila mereka dianggap sebagai bagian dari Islam. "Kami adalah bagian dari Islam," ujar Ketua Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Abdul Basit.
Sementara itu, Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) pengikut Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar, sesuai dengan 12 butir penjelasan pokok tentang aliran tersebut.
Bagaimana jika pengakuan ini hanya sekedar basa-basi? Pihaknya akan melakukan evaluasi dan melihat perkembangan jika kemungkinan pernyataan terbaru Ahmadiyah ini hanya sebagai taktik. [cha, berbagai sumber/hidayatullah.com]