Hidayatullah.com–Di tengah derasnya arus persoalan yang menyerang umat Islam saat ini, pesantren mesti menjadi benteng pertahanan umat Islam. Hal itu disampaikan KH Mahrus Amin, pimpinan PP Darun Najah, Jakarta
Pernyataan ini disampaikan di depan sekitar 200 orang ulama dan pimpinan berbagai ormas Islam berkumpul di Pondok Pesantren Daarun Najah, Jakarta, beberapa saat lalu. Pertemuan para Ulama, Habaib, dan Tokoh se-Indonesia yang digelar oleh Forum Umat Islam (FUI).
Menurutnya, umat Islam-lah yang harus menjadi pembela negara dari serangan penjajahan neo-liberalisme yang saat ini tengah berlangsung. “Umat Islam harus menjadi pembela negara dari serangan penjajahan asing, sebagai bentengnya adalah pondok pesantrren,” ujar Kiai Mahrus.
Hal senada juga disampaikan oleh KH Kholil Ridwan, pimpinan Pondok Pesantren Husnayain, Jakarta. Menurutnya, untuk bisa mewujudkan hal itu setiap pesantren harus lebih serius memposisikan dirinya sebagai lembaga kaderisasi pencetak ulama yang memimpin umat.
“Jangan hanya jadi ulama yang sekedar jadi tukang baca doa, dan selama hidup menjadi ulama yang hanya menjual ayat,” ujar Kiai Kholil, yang juga menjabat sebagai ketua Badan Kerja Sama Pondok Pesantren se-Indonesia.
Sayangnya, menurut kiai yang juga menjabat salah satu ketua MUI ini, banyak pengelola pesantren yang tak menyadari akan perannya itu. “Mereka lebih asyik memikirkan bagaimana agar pesantrennya menjadi besar dan megah,” keluhnya.
Seperti apakah pesantren yang mampu melahirkan kader ulama pemimpin umat? Kholil mengandaikan seperti pesantren zaman Rasulullah di rumah Arqam bin Arqam yang mampu melahirkan khulafaurrasyidin.
Selain itu, Kiai Kholil juga menyampaikan adanya pesantren yang sudah disusupi “virus” oleh virus Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme (Sepilis). “Kalau sudah kesusupan virus seperti ini, bagaimana mungkin akan menjadi benteng umat Islam,” sergahnya.
Indikasi yang bisa diamati oleh Kiai Kholil, misalnya ada pimpinan salah satu pesantren di Bandung yang menyatakan bahwa paham Sepilis itu tidak haram. “Padahal MUI sudah menyatakan kalau Sepilis itu haram,”jelas Kholil.
Tak hanya itu, ia mengatakan saat ini ada majalah bernama Al-Washatiyah yang beredar di pesantren-pesantren. Menurutnya, majalah ini banyak memuat artikel-artikel yang membawa misi Sepilis. Selain itu, tambah Kiai Kholil, majalah itu juga seringkali mengadakan penataran pluralisme yang ditujukan bagi guru-guru muda di pesantren.
Seberapa banyakkah pesantren yang sudah disusupi virus itu. “Kalau kita mau sweeping, mungkin sekitar 10 persen pesantren di Indonesia terserang virus sepilis,” katanya tegas.[Ahmad/hidayatullah.com]