Hidayatullah.comâ Dalam misa pada 9 Juli untuk merayakan peringatan 150 tahun Jesuit di Indonesia, Superior Jenderal Jesuit, Pastor Adolfo Nicolas SJ, mengatakan, “Tuhan memberkati dan membantu karya Yesuit di Indonesiaâ selama 150 tahun.
Sekitar 1.000 biarawan, biarawati, frater dan umat awam serta beberapa provinsial dari negara-negara Asia menghadiri acara yang diselenggarakan di kampus Universitas Katolik Sanata Dharma di Yogyakarta itu.
 Pastor Nicolas, imam dari Spanyol, mengatakan bahwa perayaan itu bertujuan untuk mengingatkan para anggota Jesuit tentang bagaimana seharusnya mereka mencintai masyarakat seperti halnya mereka mencintai Tuhan. Ia mengatakan Jesuit harus mendasarkan diri pada landasan utama, yaitu option for the poor, âsebagaimana diamanatkan oleh Kristus sendiri.â
âTugas kita adalah membawa mereka yang lapar kepada Tuhan sebab dalam Tuhan ada pengharapan,â tekannya. âMarilah kita mengandalkan semua karya ini pada kekuatan dan semangat Tuhan sendiri. Semangat Tuhan akan membuat kita mampu mengantarkan orang mengikuti Injil.â
Serikat Jesus mulai berkarya di Indonesia pada 9 Juli 1859, ketika dua Pastor Jesuit dari Belanda, Martin van den Elzen dan John Baptist Pallinckx, tiba di Batavia, kini Jakarta. Sekarang ini, 357 anggota Serikat Jesus melaksanakan karya mereka dalam bidang pendidikan, intelektual, pastoral, spiritual, sosial dan komunikasi di delapan keuskupan di Pulau Jawa, Papua, dan Sumatra.
 Serikat Jesus Provinsi Indonesia juga telah mengirim para misionaris ke Kamboja, Jepang, Mikronesia, Myanmar, Pakistan, Italia, Sri Lanka, Thailand, Timor Leste dan Turki.
 Lebih dari 100 imam, bruder dan frater Jesuit serta umat Katolik awam menghadiri Misa syukur pada 31 Juli di Gereja St. Perawan Maria Diangkat ke Surga di Jakarta untuk memperingati 150 tahun karya Serikat Jesus di Indonesia. Misa konselebrasi itu dipimpin oleh Pastor Thomas Aquino Deshi Ramadhani dan empat imam Jesuit lainnya.
 âDalam persahabatan dan pelayanan, kita para anggota Jesuit dapat melihat jati diri kita,” kata Pastor Ramadhani, dosen Kitab Suci di STF Driyarkara Jakarta, dalam homilinya.
 Pastor Albertus Hani Rudi Hartoko, kepala paroki St. Theresia, Jakarta Pusat, mengatakan dalam sharing-nya sebelum Misa di gereja itu bahwa ia berharap lebih banyak lagi imam Jesuit melayani paroki-paroki. Saat ini, hanya ada 52 imam Jesuit yang berkarya di paroki-paroki di tanah air dan usia mereka kebanyakan 50-60 tahun, katanya.
 Paroki-paroki yang dilayani Yesuit perlu imam-imam muda untuk menarik orang muda Katolik dan juga menginspirasi mereka supaya terlibat dalam pelayanan Jesuit.
 “Kita ingin mengelola paroki dengan baik, yang tidak hanya tertib administratif, dengan pemberdayaan ekonomi umat karena banyak umat yang miskin termasuk non Katolik,” kata Pastor Hartoko.
Pastor Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno SJ mengatakan tidak cukup bagi para Jesuit hanya melayani di altar saja, namun harus juga harus memperhatikan masyarakat yang tertindas karena birokrasi dan kemiskinan.
Ketika bangsa ini bergulat dengan isu-isu ekonomi, politik, dan kekuasaan, “ini adalah kesempatan bagi para Yesuit untuk menyumbangkan sesuatu melalui jalan budaya dan peradaban untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai citra Allah,” kata dosen STF Driyarkara itu kepada UCA News setelah Misa.
Berbicara dengan UCA News 30 Juli, Provinsial Yesuit Indonesia Pastor Robertus Bellarminus Riyo Mursanto SJ mengatakan para Yesuit sekarang memfokuskan diri pada masalah kemiskinan karena “hal itu akibat dari ketidakadilan.” Kemiskinan juga dapat menghambat pendidikan masyarakat, yang mungkin berdampak kurang baik untuk saling menghargai, memahami budaya dan agama dalam masyarakat, katanya.
Ia mengatakan para Jesuit bekerja bersama dengan para suster, bruder, dan kelompok awam dari Gereja yang lebih luas dalam melaksanakan pelayanan mereka.  [uca/hidayatullah.com] foto: dari blog ignatiusofloyola