Hidayatullah.com–Sebagai organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyah telah menunjukkan keseriusannya menggarap aspek pendidikan dan bidang sosial. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan, panti asuhan, dan berbagai balai kesehatan yang dimilikinya di berbagai daerah di Indonesia.
“Namun dalam aspek budaya, Muhammadiyah belum maksimal menggarapnya,” demikian pernyataan Ketua Lembaga Seni dan Budaya PP Muhammadiyah Chairul Umam di Jakarta, Selasa (20/10).
Menurut ia, aspek kebudayaan sangat penting diperhatikan Muhammadiyah. Melalui kebudayaan, dakwah yang dilakukan Muhammadiyah akan mudah diterima masyarakat Indonesia.
Dalam pengamatan sutradara senior ini, sebenarnya tidak hanya Muhammadiyah, tapi juga ormas Islam secara umum kurang memperhatikan aspek kebudayaan. Ini bisa dilihat dari tidak adanya respon dari ormas Islam terhadap berbagai klaim kepemilikan budaya dan kesenian Indonesia oleh negara tetangga.
Chaerul Umam menegaskan, agenda Muhammadiyah untuk memperhatikan kebudayaan, termasuk juga bidang kesenian semakin mendesak. Mengingat saat ini berbagai jenis kesenian telah masuk ke ruangan-ruangan pribadi masyarakat muslim.
“Muhammadiyah harus bisa meramu bentuk kesenian yang layak ditonton masyarakat muslim,” katanya. Untuk itu sutradara Ketika Cinta Bertasbih (KCB) ini mengusulkan agar Fakultas Kebudayaan dibuka di berbagai Perguran Tinggi Muhammadiyah (PTM).
“Saat ini belum ada. Alhamdulillah usulan tersebut sudah diterima. Bagaimana teknisnya hal itu terserah PTM masing-masing,“ ujarnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut Chaerul, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang pertama kali menerimanya. Melalui pembukaan Fakultas Kebudayaan ini, dia berharap seniman dan budayawan agar lahir.
Saat ini, Chairul mengakui, keberadaan seni dan budaya dalam struktur kepengurusan Muhammadiyah hanya setingkat lembaga pembantu pimpinan yang tidak memiliki struktur sampai ke tingkat ranting. Karena setiap daerah memiliki perbedaan budaya dan kesenian. [pel/cha/hidayatullah.com]