Hidayatullah.com–Ketidakhadiran Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) pada acara dialog dan dengar pendapat tentang penanganan permasalahan Ahmadiyah yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia disesalkan oleh Sami’an Ali Yasir, Ketua Pengurus Besar Gerakan Ahmadiyah Indonesia (PB GAI).
“Kami menyayangkan sikap yang diambil JAI. Apalagi kan dialog ini membahas persoalan JAI,” kata Sami’an kepada wartawan, Selasa (22/3) siang.
Sebelum dialog berlangsung, Sami’an sempat menghubungi pihak JAI untuk menanyakan alasan ketidakhadirannya. “Saya sempat hubungi JAI. Tapi mereka tetap tidak mau hadir. Alasan mereka tempat penyelenggaraannya tidak netral,” jelas Sami’an.
Selain alasan tempat yang tidak netral, JAI juga beralasan ketidakhadirannya dalam acara dialog yang berlangsung tertutup itu karena surat undangan dari panitia penyelenggara baru diterima Jumat (18/3) sore. Sehingga JAI merasa acara itu terlalu mendadak.
JAI, jelas Sami’an, juga sempat mengajak GAI untuk tidak menghadiri dialog yang berlangsung di kantor Kemenag, Jalan Husni Thamrin No. 6, Jakarta Pusat itu. Namun GAI menolaknya.
Antara JAI dan GAI, kata Sami’an, memiliki perbedaan. “Secara teologis dan struktural antara JAI dan GAI sangat berbeda. Itu sebabnya kami hadir pada dialog ini. Kami ingin menjelaskan perbedaan JAI dan GAI,” kata Sami’an.
Bagaimana sikap GAI terhadap JAI yang kerap dituding melanggar SKB 3 Menteri? “Kalau mereka bersalah, ya harus diberi sanksi hukum. Tentu harus melalui putusan pengadilan,” jelasnya.
Sementara itu kekecewaan dengan ketidakhadiran JAI juga dilontarkan Front Pembela Islam (FPI). “Ahmadiyah (JAI) antidialog. Buktinya mereka tidak datang,” kata Munarman, Juru Bicara DPP FPI.
Sebelumnya Menteri Agama, Suryadharma Ali, menyampaikan kekecewaan atas ketidakhadiran JAI. Menag menilai JAI tidak memiliki itikad baik dalam menyelesaikan masalah yang berkembang di tanah air.
Dialog membahas persoalan Ahmadiyah ini berlangsung selama lima hari dengan menghadirkan berbagai narasumber, seperti PB JAI, PB GAI, Setara Institute, The Wahid Institute, Imparsial, FPI, DDI, NU, dan Muhammadiyah.*