Hidayatullah.com—Liberalisme dan sekularisme telah berada di ujung tanduk. Kebobrokan nilai-nilai yang terdapat dalam paham tersebut sudah mulai nyata. Itu terbukti dari banyaknya nyawa yang hilang akibat perang yang dilancarkan Amerika dan Barat terhadap dunia Islam.
Karena itu, sekaranglah saatnya islamisasi ilmu pengetahuan menjadi prioritas umat. Menurutnya, saat inilah waktunya umat Islam menampilkan nilai-nilai Islam dengan menumbuhkan ekonomi syari’ah, sosiologi syari’ah dan perpolitikan syari’ah dll.
Pernyataan ini disampaikan Dr. H. Hamid Fahmy Zarkasyi, Ketua Program Kaderisasi Ulama (PKU) dalam acara “Workshop Pemikiran Islam” bertempat di Wisma Bahagia Institut Agama Islam Nasional (IAIN) Sunan Ampel Surabaya.
“Kini, saatnya islamisasi ilmu pengetahuan menjadi prioritas di kalangan umat Islam sekarang,” ujar Direktur INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations) ini. Ia juga menambahkan umat Islam hendaknya tidak terlalu mempersalahkan berbagai perbedaan yang bersifat khilafiyyah.
Di akhir acara, Dia menyampaikan epilog bahwa sejatinya islamisasi adalah karakter Islam yang sesungguhnya, dan bukan akulturasi. Islam bukan produk budaya Arab. Sebab praktek kehidupan jahiliyah yang salah justru diluruskan dan diislamkan. Menikah disucikan, berdagang ditertibkan, berperang diatur, ibadah ditentukan dengan tata cara khusus, kemusyrikan di tauhidkan, ujarnya.
Di dunia Melayu, Islam mencerahkan worldview mitologis menjadi rasional. Buktinya banyak aspek kehidupan bangsa Melayu menggunakan istilah-istilah Arab.
“Nama dan jumlah hari dalam seminggu adalah hasil Islamisasi.” ujarnya.
Termasuk berbagai istilah-istilah keilmuan milik Islam seperti; nalar, fikir, ilmu, jasmani, lahir, bathin, kalbu, sadar, adil, zalim, dsb yang semuanya diambil dari worldview Islam. Masa itu Islamisasi berjalan wajar tanpa peperangan dan resistensi.
Acara itu merupakan rangkaian acara “Rihlah Ilmiah” yang diadakan tim PKU (Program Kader Ulama) Gontor angkatan ke-4 bekerjasama dengan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) IAIN Surabaya.
Acara dihadiri oleh 80-an peserta, baik mahasiswa IAIN sendiri maupun luar IAIN. Seperti mahasiswa dari Ma’had Umar bin Khattab, STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) Syari’ah dan UMSIDA (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo).
Para peserta antusias menanyakan dari berbagai pembahasan dan sudut pandang. Pertanyaan-pertanyaan yang terlontar tadi pun segera dijawab oleh para pemateri.
Selain diadakan di IAIN, acara itu juga diadakan di UNAIR dan beberapa kampus di luar Surabaya, seperti Jember, Solo, Jogjakarta dan terakhir Jakarta.*/ Rian