Hidayatullah.com–Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen meminta anggota aliansi lainnya untuk turut membantu serangan udara dalam operasi di Libya.
Rasmussen mengatakan, peralatan yang sangat canggih diperlukan untuk melancarkan serangan di kawasan padat penduduk dan menghindari korban sipil.
“Untuk menghindari korban sipil kita memerlukan peralatan sangat canggih sehingga kita membutuhkan pesawat yang presisinya tinggi,” katanya seperti dikutip AP.
“Saya tidak memiliki janji khusus atau janji-janji dari pertemuan ini namun saya dengar isyarat yang memberikan harapan,” lanjutnya.
Rasmussen menegaskan, NATO harus mempertahankan apa yang disebutnya operasi tempo tinggi terhadap sasaran yang sah.
Inggris dan Prancis telah membujuk anggota NATO lainnya agar aktif dalam serangan udara di Libya.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rodham Clinton tidak mengatakan apakah Amerika akan mengirimkan pesawat tempurnya.
Namun dia menghimbau para menteri luar negeri NATO agar bersatu dalam serangan terhadap Libya.
Clinton mengatakan, 28 anggota NATO memiliki tujuan sama untuk menyaksikan berakhirnya rejim Qadhafi di Libya.
Keretakan terjadi di tubuh NATO karena Turki dan Jerman menentang misi di Libya.
Hanya enam dari 28 anggota NATO, yaitu Prancis, Inggris, Kanada, Belgia, Norwegia dan Denmark, yang melakukan serangan udara.
Ledakan di Tripoli
Sementara Rasmussen berbicara, pesawat-pesawat NATO membom sasaran di ibu kota Tripoli. Terjadi ledakan besar disusul dengan tembakan anti pesawat udara.
Para mahasiswa disana mengatakan 8-10 orang terluka akibat pecahan kaca yang beterbangan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Mereka mengatakan, sasaran serangan adalah instalasi militer yang 250 meter jauhnya dari universitas.
Televisi Libya kemudian menyiarkan gambar yang menunjukkan Qadhafi dikelilingi para pendukungnya saat berdiri di mobilnya melalui jendela di atap mobilnya di Tripoli seraya mengepalkan tangannya ke udara.
Sementara itu, pertempuran masih berlanjut di kota yang dikuasai pemberontak di Misrata, Libya barat. Kota ini telah dikepung pasukan pro Qadhafi hampir dua bulan.*