Hidayatullah.com-– Beredarnya pendapat dikalangan umat Islam Indonesia bahwa permasalahan Suriah adalah konflik antara belok timur (Sosialis) dan blok barat (Kapitalisme) dibantah dengan tegas oleh Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Ditemui oleh hidayatullah.com pada hari Rabu (13/06/2012) melalui wakil Sekjen nya Fahmi Salim menjelaskan bahwa permasalahan Suriah itu permasalahan Aqidah. Menarik kesimpulan konflik Suriah menjadi konflik sosialis dan kapitalis merupakan hal yang tidak relevan dan termasuk dalam penyesatan opini umat.
“Pendapat itu sebenarnya zaman sekarang sudah tidak relevan, perang dingin itu sudah selesai antara Amerika dan Uni Soviet,” ujarnya.
Menurut Fahmi, keberadaan gejolak di Suriah merupakan proses dari aspirasi revolusioner Timur Tengah yang berangkat dari revolusi yang terjadi mulai dari Tunisia,Libya, Aljazair, Mesir yang tuntutannya dimulai dari hak keadilan rakyat dan kemanusiaan.
Jadi menurut Fahmi sangat tidak benar mengatakan bahwa konflik Suriah berangkat dari kepentingan kubu sosialis dan kapitalisme.
“Tidak ada infiltrasi antara kubu-kubuan antara sosialisme dan kapitalisme, demonstrasi damai dari masyarakat Suriah yang dihadapi dengan senjata dan militerisme. Maka jadilah konflik ini menjadi berkepanjangan, akhirnya masuklah kepentingan regional seperti Iran,” jelasnya.
Menurut Fahmi kesamaan orientasi politik dan ideologi antara Iran dengan presiden Bashar Asad justru harus menjadi sorotan utama. Karena wacana Syiahnisasi Iran dalam mensuppot pengadaan senjata untuk Hizbullah di Libanon akan sulit jika Rezim Bashar Asad dijatuhkan oleh mayoritas masyarakat Suriah yang merupakan kalangan Ahlus Sunnah.
“Kalau Suriah ini jatuh, maka paling siap untuk menerima tampuk kekuasaan di Suriah adalah Al Ikhwan al Muslimun, dan Ikhwanul tidak bisa bekerja sama dengan Iran. Jadi Iran takut hal ini terjadi,” tambahnya lagi.
Fahmi sekali lagi menegaskan bahwa permasalahan Suriah tidak bisa dipisahkan dari benturan hak dan bathil, muslim dan kekafiran.
Menurutnya, adalah sebuah penyesatan opini mengalihkan pemahaman umat dari realitas bahwa dasar gagasan pembebasan Suriah juga tidak bisa dilepaskan dari penolakan masyarakat Ahlussunnah yang sudah melihat gerakan Syiahnisasi di Timur Tengah, terlebih di zaman ketika umat sudah semakin sadar siapa Iran dan sekutu-sekutunya yang bermain dibalik gagasan persatuan umat yang kenyataan tidak lebih dari kamuflase Syiahnisasi international.*