Hidayatullah.com–Seruan Menteri Kesehatan RI baru, Nafsiah Mboi yang akan mendorong penggunaan kondom pada kelompok seks berisiko, termasuk memudahkan mendapatkannya, terus menuai tanggapan. Pelajar pun bicara.
Miftah Abdul Hadi, siswa kelas VII di SMP Al-Qalam Jakarta Timur, yang ditemui Hidayatullah.com di beranda masjid sekolah jelang Dzuhur tadi (22/06/2012), sempat tercenung sejenak ketika disampaikan Menkes akan mudahkan mendapatkan kondom untuk kalangan remaja seusia dirinya, ia terlihat bingung sejenak.
“Kondom untuk manusia, ya? Wah, bahaya, itu bisa merusak,” ujarnya singkat seraya tersenyum diamini sejumlah teman-temannya.
Senada dengan itu, rekan Miftah, Apri Junansyah, juga kaget. “Masa’ sih anak SMP dikasih kondom, Orang masih pelajar kok,” katanya.
Dihubungi terpisah, Ketua Forum Pelajar Islam Menulis (FORPIM) Aditiya Samade, menilai, anjuran menggunakan kondom untuk seks yang “aman” hanya memberikan rasa aman semu. “Karena berzina meskipun menggunakan kondom tetap saja haram,” tegasnya.
Mahasiswa di perguruan tinggi swasta di Kota Depok ini, menjelaskan, karena kondom terbuat dari latex yang memiliki pori-pori berdiameter 70 mikron, yaitu 100 kalii lebih besar diameter HIV-1 (0,1 mikron), maka sesungguhnya kondomisasi justru memfasilitasi penularan HIV/AIDS dan seks bebas itu sendiri.
“Terutama di kalangan remaja yang notabene pengetahuan tentang seksnya masih kurang dan nasfsu syahwat yang belum bisa dibendung. Didukung lagi dengan gampangnya mengakses hal-hal berbau pornografi di zaman globalisasi ini. Jadi untuk apa dipermudah, bukannya selama ini kondom sudah ada di mana-mana,” terang Aditiya.
Aditiya menilai, dengan maraknya kampanye penggunaan kondom dan kemudahan untuk mendapatkannya, maka bukan tidak mungkin Indonesia yang tadinya sebagai negara terporno kedua setelah Rusia, menjadi nomor satu.
Dibiayai Asing
Menkes Nafsiah Mboi saat menjabat Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), pernah mengatakan lembaganya itu sering dibiayai asing untuk dapat menjalankan agenda dan programnya.
“Karena kita mau cepat,” katanya memberikan alasan saat konfrensi pers di selepas acara launching buku MDGs Sebentar Lagi di Jakarta yang dihadiri Hidayatullah.com, Senin (31/1/2011).
“Untuk segera menanggulangi masalah itu, ya kami mencari dana keluar negeri,” katanya.
Dalam kesempatan itu Nafsiah bahkan menuduh keberadaan Perda Perda Maksiat di beberapa wilayah di Indonesia dianggapnya tidak efektif untuk memberantas praktik seks bebas.
Ditanya hidayatullah.com mengenai alasan dari anggapannya itu, Nafsiah mengatakan, masalah pelacuran tidak bisa diselesaikan semata dengan Perda Maksiat.
Cara-cara seperti merazia, menggelandang, atau menggaruk langsung ke tempat lokalisasi sebagaimana diatur dalam Perda, sama saja tidak memberikan perlindungan kepada pelaku sendiri.
“Selama Perda Maksiat itu ada, maka hanya akan menimbulkan masalah,” tegas dia.
Seperti diketahui beberapa waktu lalu Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi mengungkapkan, akan kembali mengkampanyekan penggunaan kondom pada kelompok seks berisiko. Oleh karena itu, kata dia, ada kampanye yang menyasar generasi muda 15-24 tahun.
Nafsiah berharap, pendidikan tentang seks dan kesehatan reproduksi bisa kembali ditingkatkan, khususnya yang menyasar anak-anak remaja usia 15-24 tahun.
“Di Undang Undang, mereka yang belum menikah tidak dapat diberikan kontrasepsi. Tapi setelah kami analisa, aturan itu sangat berbahaya kalau tetap dilaksanakan tanpa melihat kenyataan di lapangan,” terangnya.
Belakangan Menkes memberikan pernyataan dalam bentuk video di laman resmi Kemenkes, yang menegaskan tidak pernah ada pernyataan demikian.*