Hidayatullah.com– Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) mengkritisi penanganan terorisme yang dinilai cukup berisik. Menurut MIUMI, isu terorisme yang berkembang di Indonesia dinilai berisik bahkan telah membuat gaduh Indonesia.
“BNPT, Densus 88 dan official medianya over dosis informasi dalam pemberitaan, bukan begini cara yang bijak untuk menutupi kegagalan melindungi keamanan dan pertahanan negara dari ancaman terorisme, tunjukkan kinerja dan berbuatlah yang tulus sehingga tak semuanya harus terekspos oleh media,” demikian rilis yang dikirim Sekjan MIUMI, H.Bahtiar Nasir Lc kepada hidayatullah.com, Selasa (11/09/2012) siang.
Menurut MIUMI, kegaduhan penangan terorisme –apalagi over expose di media—justru akan semakin menunjukkan kekurangan dan kelemahan dalam penanganannya.
Isu terorisme yang dilembangkan secara gaduh dinilai telah menjelma menjadi “teror baru” di tengah masyarakat.
“Bias informasi yang berkembang telah menebar serpihan tajam rasa takut khususnya ummat Islam yang dikesankan sebagai tertuduh akibat kode etik jurnalistik yang tidak dipatuhi seperti penyebutan nama yang bukan dengan inisial.”
Nasehat ini disampaikan lembaga kumpulan para cendekiawan dan ulama muda ini dengan harapan pemerintah tidak berlebih-lebihan dan over acting dalam penanganan serta pemberitaan terorisme. Karena semua itu dinilai hanya akan menjadi kontra produktif bahkan akan menimbulkan spekulasi di tengah masyarakat serta mempertanyakan, apa maksud di balik kegaduhan ini?
“Percayalah siapa menabur angin akan menuai badai,” ujarnya.*.