Hidayatullah.com–Ada tiga hal yang berpotensi menjadi virus tegaknya peradaban. Pertama kepemimpinan, kemudian transformasi dan pencerahan, dan yang terakhir adalah penyakit al-wahn atau materialisme.
Demikian ditegaskan Ketua PP Hidayatullah, Tasyrif Amin, dalam acara diskusi pekanan lembaga Institute for Islamic Civilization Studies and Development (INISIASI) di Masjid Ummul Quro Ponpes Hidayatullah Depok, Jawa Barat, yang mengangkat tema “Virus-Virus Peradaban”.
Tasyrif mengatakan, tiga hal yang menjadi virus peradaban tersebut ditinjau dari pendekatan historis, utamanya beberapa peristiwa yang menjadi sumber kelemahan umat.
Peristiwa peperangan yang muncul di masa Ali dengan Mu’awiyyah, kemudian Husein dengan Yazid adalah bukti krisis kepemimpinan yang memberikan ibrah penting bahwa kepemimpinan jangan sampai mengalami keretakan, apalagi perpecahan.
Terakhir adalah al-wahn (cinta dunia takut mati). Menurut Tasyrif, ini adalah virus paling berbahaya yang dapat menghambat ataupun merusak tatanan peradaban yang sedang dibangun atau telah tegak dalam kehidupan.
“Oleh karena itu Rasulullah dan para khulafaur rasyidin sangat tegas dalam urusan harta utamanya kepada para pemegang amanah kebijakan publik, seperti gubernur, panglima militer, maupun keluarga pejabat,” katanya.
Lantas, bagaimana mengatasi virus-virus tersebut. Sekretaris INISIASI Hidayatullah Imam Nawawi dalam closing statement-nya mengatakan bahwa virus peradaban itu selamanya akan muncul di setiap zaman. Hanya saja, virus tersebut tetap bisa ditangkal.
Untuk menangkal, kata Nawawi, pertama adalah dengan mengimplementasikan kandungan manhaj nubuwwah secara personal dan kolektif baik secara intelektual, emosional dan spiritual. Kedua, dengan memakmurkan masjid.
“Masjid harus menjadi sumbu sentral peradaban,” ujarnya.
Ia mencontohkan, Hidayatullah yang telah tersebar di lebih 200 cabang secara kebijakan perlu menetapkan terbentuknya persatuan Imam Masjid Hidayatullah yang bertugas secara khusus memakmurkan masjid-masjid.
Ia pun memberikan beberapa bukti sejarah tentang bagaimana dahulu Rasulullah menjadikan masjid sebagai sentral pembangunan SDM untuk menegakkan peradaban Islam.
“Bahkan, masjid juga difungsikan sebagai pusat keilmuan di mana kegiatan keilmuan berjalan sangat marak di dalamnya,” ujar penulis produktif ini.
Hal yang juga harus dilakukan untuk menangkal virus peradaban, lanjut Nawawi, adalah senantiasa menggali dan mengkaji makna-makna ayat yang terkandung di dalam al-Qur’an, yang menurutnya masih menyisakan banyak ruang untuk digali guna menemukan formula jitu dalam ajang benturan pemikiran seperti sekarang ini.
Halalaqah yang digelar INISIASI dihadiri oleh beberapa pengurus PP Hidayatullah, pengurus PPH Depok, mahasiswa dan jamaah dari sekitar lingkungan Pesantren Hidayatullah Depok.
Hadir sebagai pemateri pada kesempatan itu Ketua Bidang Pelayanan Ummat, Tasyrif Amin, MPd.I, dimoderatori Ustadz Abdul Hafidz, SE yang tidak lain adalah Imam Masji Ummul Qurro Depok.*