Hidayatullah.com–Penghargaan Nobel Perdamaian yang diterima Muhammad El-Baradei perlu dicopot oleh Nobel Prize Center di Swedia. El Baradei tidak layak menyandang penerima Nobel karena dia salah seorang tokoh utama di balik penggulingan Presiden Mursy yang terpilih secara sah dan demokratis.
“El Baradei juga kian tak pantas menerima Nobel karena dia juga pendukung terjadinya pembantaian terhadap rakyat Mesir yang dilakukan pihak militer sekarang ini. Saya mendesak Nobel Peace Center di Oslo, Swedia, yang sudah memberikan penghargaan Nobel Perdamaian kepada El Baradei tahun 2005, supaya mencabut penghargaan tersebut, karena yang bersangkutan telah menodai nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi, tidak saja oleh Nobel, tapi juga oleh seluruh umat manusia di dunia ini,” kata Dr Anwar Abbas, salah seorang Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta, Kamis (15/8/2013).
Sementara Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Y Thohari mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertindak proporsional dan bersuara lantang ke dunia internasional agar tindak kekerasan yang saat ini tengah berlangsung di Mesir segera dihentikan.
Menurut Anwar Abbas, tindakan El Baradei yang menjabat Wakil Presiden Mesir dukungan militer (saat ini sudah mundur sebagai Wapres Mesir) adalah pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi, perdamaian, dan kemanusiaan. Sebelum dan setelah dilantik sebagai Wapres Mesir, pasca penggulingan Presiden Mursi, El Baradei sempat berjanji kepada rakyat Mesir dan masyarakat dunia untuk mengakhiri tindak kekerasan terhadap rakyat pendukung Mursy.
“Ternyata setelah dia menduduki jabatannya, jangankan El Baradei berusaha untuk menepati janjinya, dia dengan kelompoknya malah telah menggiring dan mendorong Mesir ke arah kekacauan politik yang parah dan bahkan menjurus bagi terjadinya perang saudara dengan melakukan tindak kekerasan, pembunuhan dan pembantaian terhadap rakyat yang tidak berdosa,” kata Anwar Abbas, dalam laman Muhammadiyah.
Anwar Abbas mengingatkan, dunia tidak boleh berdiam diri melihat pembantaian di Mesir. Dunia harus mengutuk cara yang digunakan militer Mesir yang tak segan membunuh ratusan pendukung presiden terguling Mesir, Muhammad Mursy.
“Dunia internasional, terutama PBB, harus mengutuk keras dan bertindak cepat untuk menghentikan praktik pelanggaran HAM berat ini. Tindakan militer ini jelas-jelas dan benar-benar mencerminkan ketidakberadaban sebuah rezim,” tutur Anwar Abbas, seraya menyebut perbuatan El Baradei dan rezim berkuasa saat ini dapat dikatagorikan sebagai tindak kejahatan kemanusiaan yang dapat diadili di Mahkamah Internasional.
Anwar berpendapat, semestinya mereka sadar dan mengoreksi diri akan dampak buruk dari tindakan yang mereka lakukan secara tidak demokratis. Cara-cara kudeta adalah cara yang tidak bijak dan tidak manusiawi untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan dalam masalah politik.
“Oleh karena itu tidak ada hak mereka untuk membungkam suara rakyat yang melihat pemimpin dan saudara-saudara mereka dizalimi dengan peluru dan tindak kekerasan,” kata Abbas yang juga mengimbau Pemerintah Indonesia memainkan perannya secara aktif untuk menyelesaikan konflik yang semakin meningkat dan menajam. “Agar tidak menyeret Mesir ke dalam kancah perang saudara yang berlarut-larut,” ujarnya.
Hajriyanto Y Thohari mengatakan, Indonesia jangan bingung, harus bertindak proporsional dan bersuara lantang, khususnya ke negara-negara Islam dan umumnya ke dunia internasional.
Bertindak proporsional dan bersuara lantang itu, lanjutnya di gedung DPR, Kamis (15/08/2013), sesuai dengan Pembukaan UUD 45 yakni ikut melaksanakan ketertiban dunia berdamaian dan keadilan sosial. “Indonesia harus menyatakan kekecewaan dan kecaman atas kondisi kekerasan di Mesir,” ujar Hajriyanto.
Dikatakannya, Indonesia tidak perlu lagi bingung. Peristiwa yang terjadi di Mesir itu jelas-jelas kudeta militer yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar demokrasi dan warga sipil yang menjadi korban.
“Sebagai negara yang menganut demokrasi, Indonesia harus bersuara keras, setidaknya mengecam dan menyatakan kecewa. Mengutuk kudeta dan mengutuk aksi penembakan terhadap pendemo. Anehnya, dunia internasional diam diri,” ujar politisi Golkar itu, dalam pemberitaan JPNN.
Dia juga berharap, Indonesia bisa memberikan tawaran solusi ke Mesir. “Sodorkan berbagai solusi atau jalan tengah agar kekerasan segera berakhir dan rakyat Mesir kembali hidup dengan tenang damai,” saran Hajriyanto Y Thohari.*