Hidayatullah.com–Latihan gabungan anti terorisme yang sudah dimulai sejak hari Senin (09/09/2013) di kawasan Sentul, Bogor, akhirnya telah berakhir.
Latihan bertema, “ASEAN Defense Ministers’ Meeting Plus Expert Working Group on Counter Terrorism Exercise 2013″ diikuti 872 tentara elit dari 10 negara ASEAN ini dilakukan bersama Amerika, Rusia, China, Australia, India, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan.
Latihan ini dibuka Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Duta Besar Amerika untuk ASEAN, David Carden pada hari Senin lalu.
Dikutip BBC, Jenderal Moeldoko pada pembukaan latihan penanggulangan terorisme yang digelar di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Sentul, Bogor, Jabar mengatakan ancaman terorisme membutuhkan perhatian serius dari semua unsur keamanan, khususnya militer.
David Carden menyatakan harapan para peserta akan berbagi pengalaman dan informasi untuk bekerjasama lebih baik dalam menghadapi masalah di kawasan itu.
Disebut Paling ‘Soft’
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Pemberantasan Terorisme Ansyaad Mbai menilai penanggulangan terorisme di Indonesia merupakan yang paling “soft” atau lembut dibanding negara-negara lain.
“Di Indonesia, penanganan terorisme dilakukan oleh Densus 88,” kata Mbai dalam Seminar “Penanggulangan Terorisme: Antara Menjaga Keutuhan NKRI dan Penegakan HAM” di Semarang, Kamis (12/09/2013).
Ia membandingkan penanganan terorisme dengan negara lain, seperti di Yaman, Pakistan atau Mali. Ia menjelaskan pemberantasan terorisme di negara-negara itu sudah menggunakan peluru kendali.
Seperti diketahui, cara penangananan dan pemberantasan kasus terorisme di Indonesia telah mendapat kecaman berbagai pihak karena telah melanggar Hak Asasi Manusia.
Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Natalius Pigai dikutip Antara menilai prestasi gemilang Densus 88 dalam pemberantasan tindak pidana terorisme justru diiringi dengan terungkapnya banyak fakta tentang tindakan yang dinilai melanggar HAM.
Banyak kasus terduga pelaku terror sengaja ditembak mati tanpa ada proses pengadilan. Bahkan dalam beberapa kasus salah tangkap terjadi.
Yang menarik, entah sengaja atau tidak, acara ini bertepatan dengan penyelenggaraan Miss World yang menyulut kemarahan umat Islam.*