Hidayatullah.com – Meski pemilik rumah yang ditengarai melakukan aktivitas maksiat terselubung sudah meminta maaf. Warga perempatan Mampang IV Jakarta Selatan mengaku masih resah.
Pasalnya mereka menyakini banyak hal yang mencurigakan dari bisnis yang dijalani oleh Ali Syafrudin dan Achmad Machbub tersebut.
Priyo, salah satu warga yang rumahnya tepat didepan rumah maksiat tersebut mengaku masih khawatir. Pasalnya pihak rumah yang kini mendirikan pagar rumah akan semakin membuat rumah menjadi tertutup.
“Kita jadi sulit memantau jika mereka sudah membuat pagar besar,” jelas lelaki berkacamata tersebut pada hidayatullah.com, Sabtu (25/01/2014).
Priyo menilai selama posisi bar didalam rumah tidak dirombak ia khawatir aktivitas kafe yang menyediakan minuman keras akan tetap ada. Lelaki ini juga mengkritisi surat izin membangun yang hanya mengizinkan 2 lantai rumah tersebut.
“Ini rumah ada 4 lantai, harusnya selain kemaksiatan ada teguran juga mengenai pelanggaran izin mendirikan bangunan,” jelasnya lagi.
Rohaya (62) warga sekitar yang ikut dalam aksi damai selama tiga hari tersebut mengaku awalnya tidak tahu. Selain umur yang sudah renta ia tidak terlalu memerhatikan perkembangan rumah tersebut.
“Kitakan orang Islam bawaannya berprasangka baik sama pendatang, kalau sudah dibohongi begini ya nenek jadi ngak gampang percaya sama mereka (pemilik bisnis,red),” jelasnya kepada hidayatullah.com.
Menambahkan Priyo dan Rohayan, Sulastri (41) mengaku memang sudah resah dengan keberadaan rumah tersebut. Keresahan itu muncul setelah ada banyak wanita tiap pagi menggunakan rok mini, celana pendek di atas setengah paha hingga pakaian minim yang menunjukkan aurat yang sangat vulgar.
“Kitakan dari dulu nggak pernah ada perempuan kayak begitu di kampung ini, dan kita nggak mau mereka ada di sini jika masih berpakaian seronok begitu,” jelas Sulastri pada hari yang sama.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Rumah kos-kosan yang dituduh menjadi tempat prostitusi dan minuman keras terselubung itu kini dibangunkan sebuah pagar. Walau sudah berjanji tidak akan menjadikan tempat itu sebagai tempat prostitusi namun warga masih curiga bawah pemilik tempat tersebut masih belum serius.
“Ya percuma juga ada surat kesepakatan kalau ditempat lain masih ada bisnis yang sama, itu namanya ngak bertobat sama Allah pasti bisa terulang lagi, kita harus waspada,” tambah Riyadi (34) seorang warga sekitar yang mendukung dalam aksi ibu-ibu tersebut.*