Hidayatullah.com–Ulama asal Yordania Syeikh Ali Hasan Al-Halabi Al-Atsari mengatakan, perselisihan dalam menyikapi Pemilu jangan membuat saling bermusuhan antar sesama umat.
Ulama rujukan jamaah Salafy ini juga mengingatkan agar memilih calon pemimpin yang memiliki sifat ilmu yang luas, baik urusan dunia dan akhirat.
Hal ini agar di kemudian hari pemimpin tersebut tidak tertipu oleh orang-orang dekatnya yang jahat dan munafik di saat mengambul kebijakan.
“Pemimpin harus memiliki sifat ilmu yang luas agar tidak mudah tertipu oleh orang-orang dekat pemimpin yang jahat dan munafik,” tegasnya padaTabligh Akbar di masjid Istiqlal hari Ahad lalu, (22/06/2014) terkait perdebatan hukum Pemilu.
Acara yang mengangkat judul “Meneladani Kepemimpinan Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khatab, r.a juga membahas bahwa kepemimpinan Nabi Muhammad dan para sahabatnya adalah paling sempurna di atas kesempurnaan yang ada di dunia ini hingga akhir masa.
“Yakinlah tidak akan ada yang menandingi, sebab ini (baca: ilmu) langsung dari Allah dan Rasulnya. Dan di antara dua sahabat yang paling mulia ini adalah Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khatab. Mereka memimpin rakyat dengan iman dan Islam sekalipun pada saat itu umat Islam masih sedikit. Tapi keduanya dapat melaluinya dengan proporsional sebagai pemimpin.”
Menurut Syeikh Ali Hasan Al-Halabi, kepemimpinan sejatinya adalah kemenangan umat, bukan kemenangan ataupun kejayaan pribadi dan segelintir orang. Kepemimpinan yang memimpin sesuai dangan sunnah dan para sahabat keduanya ini tentu akan membuahkan rakyat dan masyarakat yang sholeh. Memimpin seperti ini yang dibutuhkan di Negara manapun. Pemimpin yang tidak hanya fasih dengan dunia, tetapi dengan akhirat pun mesti kenal.
“Pemimpin jangan hanya kenal dunia, tetapi juga harus kenal akhirat,” ucapnya.
Mengutip ucapan gurunya, Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Pemilu harus ditimbang maslahat dan mafsadatnya.
“Menghadapi Pemilu, harus ditimbang mana yang maslahatnya lebih banyak atau mafsadatnya lebih sedikit, ini pendapat Syeikh Al Albani,” terangnya. Ia menambahkan, undang-undang di Indonesia menyebutkan adanya larangan untuk mengajak orang agar Golput.
“Di sini ada aturan larangan dari pemerintah untuk memprovokasi orang agar Golput,” paparnya. Tentang siapa yang layak untuk dipilih, Syeikh Ali Hasan mengatakan itu adalah urusan orang Indonesia yang menentukannya.
Acara ini diharapkan agar Indonesia mempunyai pemimpin seperti dua pribadi sahabat nabi (Abu Bakar dan Umar) untuk memimpin. Di mana senantiasa belajar, dan menjalani ketauladan keduanya.
“Indonesia butuh pemimpin seperti ini,” harap penyelenggara acara.*