Hidayatullah.com– Bersikap bijak di media sosial (medsos) itu penting. Sebab, menurut Konsultan Optimasi Usaha dan Bisnis Noval Y Ramsis, medsos seperti pisau. Bisa bermanfaat, bisa berbahaya.
“Ibarat pisau, dipakai potong sayur atau pakai motong leher orang?” ujarnya saat mengisi Pelatihan Optimalisasi Media Sosial untuk Dakwah di kantor Kelompok Media Hidayatullah (grup hidayatullah.com), Polonia, Jakarta Timur, Selasa (18/11/2014).
Pernyataan itu disampaikan Noval Ramsis menanggapi “curhatan” Ir Abdul Aziz Kahar Muzakkar, salah seorang peserta pelatihan. Anggota DPD RI asal Sulawesi Selatan ini mengaku sempat trauma dengan internet karena pernah jadi korban medsos. [Baca: Ketua KPPSI Trauma Sosmed Karena Pornografi dan Akun Palsu]
Noval pun mengatakan, medsos atau biasa juga disebut sosmed (social media), ibarat dunia politik, ada sisi baik dan buruknya.
“Bapak masuk politik, apakah politik bersih? Kontaminasi pasti ada, karena ada non-Muslim. (Alasan Bapak berpolitik) karena ada satu niat (baik)?!” ujarnya kepada Abdul Aziz dan puluhan peserta pelatihan.
Peserta lainnya, Ketua Dewan Syura Hidayatullah Drs Hamim Thohari juga menyampaikan “curhatannya”. Ia mengaku khawatir medsos bisa membuat seseorang terlalu sibuk dengan dunia maya.
Noval pun mengatakan, kekhawatiran itu juga bisa disikapi secara bijak. Seperti halnya dengan tontonan televisi, baik dan buruknya bisa kembali kepada penontonnya.
“Social media sama (dengan) TV. Bijaklah mensikapi. Karena semuanya selalu dihadirkan baik dan ada mudarat. Manusia yang bijak, yang akalnya cukup, tinggal menentukan ini dilakukan atau tidak, ini baik atau tidak,” jelas pria yang juga aktif di lembaga pemantau medsos Katapedia ini.
“Dengan medsos kita bisa masuk ke mana aja. Sebenarnya kita yang bisa memilih. Pada zaman dulu, buah khuldi oleh (Nabi) Adam dimakan, nggak? (Sampai) sekarang, manusia selalu diberi pilihan. Manusia tak mau melakukan (keburukan) tapi selalu digoda oleh Syaitan,” tambahnya panjang lebar.
Pengontrol Anak, Pemersatu Umat
Pada kesempatan itu, Noval juga menyerukan para orangtua untuk melek medsos. Sebab, katanya, anak-anak zaman sekarang sudah kecanduan medsos, seperti Facebook, Twitter, dan lain-lain.
“Kebiasaan anak kita saat ini sudah diubah oleh media sosial ini. Faktanya sekarang pakai medsos semua (anak-anak). Anak kita ngelihat apa? Konten-konten asing,” ungkapnya.
Menurutnya, salah satu cara orangtua mengontrol dan membimbing anaknya dengan turut aktif di dunia maya. Yaitu dengan menyodorkan konten-konten positif untuk anak-anak, sebagai pengalih perhatian mereka dari konten negatif.
“Sederhananya, anak kita mendapatkan materi yang tidak diberikan oleh ayahnya, tapi dapat dari luar (negatif. Red). Kekuatan social media menghipnotis dengan menulis. (Maka) arahkan keluarga kita (pada) bacaan yang Islami,” paparnya.
Ia juga berpesan kepada para dai dan ormas Islam untuk berdakwah via medsos. Ada tiga tujuannya, kata dia, yaitu memanfaatkan dan memaksimalkan komunikasi, menyatukan visi, serta menyamakan jalan perjuangan.
Faktanya saat ini, kata dia, umat Islam dipecah-belah, dibagi-bagi, dan tidak satu suara, termasuk di dunia maya.
“Mau nggak kita lihat Islam jaya dengan kekuatan medsos ini?!” tantangnya bersemangat.*