Hidayatullah.com– Muhammadiyah mengkritisi kelompok yang suka menghakimi, menanamkan kebencian, dan bertindak keras kepada kelompok lain dengan tuduhan sesat, kafir, liberal, dan sebagainya.
Demikian salah satu inti rekomendasi Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang salinannya dibagikan kepada media di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (07/08/2015).
“Kecenderungan takfiri bertentangan dengan watak Islam yang menekankan kasih sayang, kesantunan, tawasuth, dan toleransi. Akhir-akhir ini energi umat juga tersedot dalam persoalan pertentangan antara pengikut kelompok Sunni dengan Syiah,” bunyi penggalan rekomendasinya, dikutip hidayatullah.com, Sabtu (08/08/2015).
Olehnya, Muhammadiyah mengajak umat Islam, khususnya warga persyarikatan, untuk bersikap kritis, dengan berusaha membendung perkembangan kelompok yang disebutnya ‘takfiri’.
“(Yaitu) melalui pendekatan dialog, dakwah yang terbuka, mencerahkan, mencerdaskan, serta interaksi sosial yang santun,” bunyi penggalan berikutnya.
Muhammadiyah memandang, berbagai perbedaan dan keragaman sebagai sunnatullah. Untuk mencegah semakin meluasnya konflik antara kelompok Sunni-Syiah di Indonesia, persyarikatan ini mengajak umat Islam untuk berdialog intra umat Islam.
“Serta mengembangkan pemahaman tentang perbedaan keagamaan, di antaranya dengan menyusun fiqh khilafiyah dan sosialisasinya untuk meminimalisir konflik horizontal,” demikian penggalan terakhir pada poin kedua rekomendasi ini.
Poin kedua ini menyoal Toleransi dan Kerukunan Antar Umat Beragama. Ada 12 poin lain dalam rekomendasi yang ditandatangani oleh Pimpinan Sidang, Prof Dr M Din Syamsuddin tersebut.*