Hidayatullah.com- Kalau bicara soal perbedaan agama, bagi Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) itu sudah final atau sudah tidak asing lagi karena, PBNU sudah memahami Al-Quran secara komprehensif (menyeluruh,red).
Hal ini disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (Ketum PBNU), Dr. Said Aqil Siraj saat mengawali pemaparannya pada acara Halaqah Kebangsaan bertema “Pancasila Rumah Kita: Perbedaan adalah Rahmat” di Aula Gedung PBNU Pusat Lt 8 Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Rabu (26/08/2015).
Sementara menurut Aqil, orang-orang yang masih menggunakan cara berpikir ‘kotak-kotak’ dinilai belum khatam memahami al-Qur’an.
“Paling-paling ngajinya pesantren kilat 2 minggu pas libur sekolah, setelah selesai kemudian jenggotnya panjang, pakai gamis dan jidatnya hitam,” ujar Said Aqil tanpa menjelaskan siapa yang dimaksud.
Sebagaimana yang dikatakan moderator diskusi, Said Aqil membenarkan jika dirinya memiliki back-ground murni lulusan dari pesantren, seperti pesantren Kempek, Lirboyo, Krapyak kemudian berakhir di Umul Quro’ Makkah.
“Alhamdulillah pengetahuan saya tentang Islam yah lumayanlah. Saya tahu persis apa yang terkadung di dalam Qur’an Surat Yunus ayat 99,” kata Said.
Dalam ayat tersebut, kata Said, dijelaskan bahwa seandainya Tuhan menghendaki manusia di muka bumi ini menjadi umat Islam semua. Maka, itu akan terjadi, tetapi katanya, Tuhan tidak mengendaki itu.
“Karena itu, tidak mungkin di dunia ini umat Islam semua, tidak mungkin umat Kristen semua, tidak mungkin umat Katholik semua, atau Hindu semua,” ujarnya.
Ikut hadir sebagai pembicara dalam acara ini tokoh agama lain; seperti Bhiksu Dutawira Mahastavira (Walubi), Romo Edy Purwantoro (Konferensi Waligereja Indonesia) serta Pdt. Albertus Patty (Persekutuan Gereja Indonesia).*