Hidayatullah.com – Pergolakan yang terjadi di Timur Tengah dan Suriah (Bumi Syam), tidak lain salah satu bukti di antara tanda-tanda akhir zaman.
Terkait peperangan akhir zaman, sejatinya hal tersebut sudah disampaikan ribuan tahun silam oleh Nabi Muhammad. Dan kelak umat Islam-lah yang akan menang.
“Poin penting juga kabar gembiranya, di ronde terakhir ini seperti apapun kondisinya, draftnya sudah ada dan pemenangnya adalah Islam,” ujar penulis buku-buku Perang Akhir Zaman, Abu Fatiah Al Adnani, kepada hidayatullah.com, Jum’at (09/10/2015).
Tetapi, menurut Abu Fatiah, meskipun peperangan akhir zaman ini sudah ada alurnya sesuai yang dikabarkan oleh Nabi, umat Islam juga tetap harus berkontribusi secara maksimal.
“Mereka yang mengikuti atau bahkan turut andil, punya sensasi dan kepuasaan berbeda ketimbang yang hanya menonton atau bahkan tidak tahu sama sekali,” paparnya.
Ia mengutip salah satu tanda-tanda Akhir Zaman, yakni banyaknya musibah dan adanya perang besar (Malhamah Qubro).
Rasulullah bersabda, “Perkemahan kaum Muslimin pada saat terjadinya malhamah (perang besar) adalah Gauthah, disamping Damaskus.” (Riwayat Ibnu Majah, Al Hakim dan Ibnu Asakir).
Walaupun kondisinya berbeda antara Suriah (Negeri Syam) dan Indonesia, lanjut Abu Fatiah, perang tetap terjadi di seluruh lini kehidupan, seperti pendidikan, politik, keuangan, informasi dan lainnya.
“Perang tidak dibatasi oleh senjata militer. Dan progam umat kafir terus memerangi umat Islam dengan berbagai dimensi. Oleh karena itu, melawannya juga berbeda,” jelasnya.
“Pendidikan dilawan dengan pendidikan. Atau misalnya ekonomi, kita melawan dengan paling tidak menjauh dari unsur riba dan sebagainya,” tambahnya.
Bahkan, menurut Abu Fatiah, perang yang bukan seperti di Timur Tengah (berhadapan secara fisik dan persenjataan) juga tidak kalah berat dan sulit.
“Kalau seperti di Indonesia yang dihadapi bukan orang, yang kita hadapi sistem,” jelasnya.
Oleh karena itu, menurut Abu Fatiah memenangkan perang yang demikian butuh proses panjang. Ia pun menegaskan bahwa pembangunan Islam tidaklah ‘simsalabim‘.
“Tugas kita bukan sampai pada tujuan, tapi tetap berjalan di atas rel yang menuju kepada tujuan. Kalaupun bisa sampai hingga tujuan alhamdulillah,” pungkasnya. */Yahya G. Nasrullah