Hidayatullah.com – KH. Nuruzzahri Yahya, Rois Syuriah PWNU Aceh ikut menanggapi musibah pembakaran sebuah gereja oleh ratusan warga di Desa Suka Makmur, Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil.
Secara pribadi, ia tidak mengharapkan musibah ini. Meski demikan, ia membenarkan terkait kabar banyaknya gereja-gereja di Aceh Singkil yang dibangun tanpa adanya surat izin.
“Sudah banyak memang gereja-gereja di Aceh yang berdiri dan kebanyakan tidak ada surat izinnya,” ujar Tgk KH Nuruzzahri Yahya kepada hidayatullah.com, Rabu, (14/10/2015).
Kiai Nuruzzahri menduga peristiwa terjadinya tindakan pembakaran gereja di Gunung Meriah didasari oleh warga yang tidak sabar dengan penanganan gereja tanpa surat izin yang berlarut-larut dari pemerintah.
“Warga di sana sudah melapor kepada pihak yang berwenang, tetapi tidak ditangani dengan cepat bahkan berlarut-larut. Mungkin karena itu warga jadi tidak sabar dan mengambil tindakan sendiri,” jelas pria yang akrab disapa Waled Nu ini.
Tetapi, ujar KH. Nuruzzahri, dirinya juga mengingatkan bahwa jika ingin mendirikan rumah ibadah harus sesuai dengan ketentuan yang telah ada. Apalagi, lanjut KH. Nuruzzahri, di Aceh Singkil sudah ada perjanjian soal aturan mendirikan gereja.
“Jadi janganlah ambisi membangun gereja tapi tanpa surat izin. Hargailah kearifan lokal yang ada di Aceh,” imbuh pimpinan Dayah Ummul Ayman, Bireun ini.
KH. Nuruzzahri berharap kasus di Aceh Singkil ini dapat segera selesai dan tidak meluas atau malah menjadi besar.
“Mudah-mudahan bisa diredam dan diselesaikan dengan cara terbaik. Kedamaian di Aceh harus jadi prioritas,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Selasa (13/10/2015) terjadi pembakaran sebuah gereja oleh ratusan warga di Desa Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil yang menewaskan satu korban jiwa dan beberapa lainnya luka-luka.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum PBNU Slamet Effendy Yusuf menyesalkan pembakaran rumah ibadah yang terjadi di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh. Menurutnya, konflik antar warga seharusnya tidak sampai membakar rumah ibadah.*/Yahya G. Nasrullah