Hidayatullah.com—Salah satu tugas terpenting dai perbatasan antara Aceh dan Sumatera Utara adalah membimbing akidah para mualaf (orang yang baru masuk Islam) agar imannya kokoh dan tidak akan kembali ke agamanya semula.
Demikian disampaikan dai perbatasan Aceh Singkil, Tgk. Jamaluddin saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (2/12/2015) malam.
”Dalam berdakwah tentunya ada hambatan-hambatan, salah satunya masih kentalnya kebiasaan lama sebelum memeluk agama Islam. Maka sering kita dapati walaupun sudah Muslim namun di pesta perkawinan masih diwarnai dengan acara musik yang dibarengi dengan mabuk-mabukan serta perjudian,” terang Jamaludin.
Menurutnya, berdakwah tauhid adalah misi kerasulan yang mesti dilanjutkan untuk memperkuat iman para mualaf. Menurut pengamatannya, di Singkil ada oknum masuk Islam terkadang bukan karena kesadaran jiwa namun ada kepentingan lain yang ingin dicapai, sebut saja seperti ingin menikahi wanita Muslimah atau hanya untuk menjadi kepala desa di mayoritas Muslim.
Bahkan ada juga hanya sekedar ikut-ikutan menyesuaikan diri dengan keyakinan masyarakat setempat.
Karena itu, sampai hari ini, dai perbatasan terus berusaha menjaga akidah para mualaf. Diantara hal yang dilakukan adalah mengirim anak-anak mualaf belajar agama di pondok pesantren di Aceh.
“Solusi yang kami lakukan saat in, sudah mengirim tujuh puluh anak –anak mualaf ke berbagai pesantren di Aceh untuk membekali akidah yang kuat dan menjadi juru dakwah di desanya masing-masing kelak.*/ Mustafa Woyla (Aceh)