Hidayatullah.com- Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid mengajak pengguna media sosial (medsos) melawan paham radikalisme di medsos menggunakan bahasa yang baik.
“Juga harus santun dan argumen yang kuat,” ujar lelaki yang akrab disapa Gus Solah dalam diskusi publik dengan tema “”Gotong Royong Menghadapi Radikalisme dan Memperjuangkan Kepentingan Nasional Di Media Sosial” di Gedung Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), Jalan Padjajaran 10 Kota Bogor, Senin (21/12/2015).
Menurut Gus Solah, bangsa Indonesia itu sudah sangat beragam. Sejak awal semua agama di Indonesia beragam, seperti Islam, Budha, Hindu, Kristen, Konghucu dan seterusnya.
“Semuanya memberi sumbangsih bagi peradaban yang besar. Islam datang membawa kodifikasi hukum, mengajari orang asli pribumi tentang perdagangan. Kristen datang membawa birokrasi pemerintah termasuk korupsi (VOC), pengelolaan visi maupun misi dan lain sebagainya,” jelas Gus Solah.
Sementara itu, Gus Solah menghimbau supaya dalam mengelola keberagaman itu, bangsa Indonesia tidak mencontoh Negara lain.
Pengasuh Ponpes Tebu Ireng Salahuddin Wahid mengatakan, hal yang mendasar dan menjadi tantangan utama bangsa ini adalah kemiskinan, separatisme, penggangguran, korupsi, karakter yang lemah, serta daya saing bangsa yang rendah.
Pria yang juga dikenal dengan nama Gus Solah itu mengajak dan mengingatkan pengguna media sosial (Medsos) melawan radikalisme di media sosial dengan bahasa yang baik, santun dan argumen yang kuat.*