Hidayatullah.com– Islam adalah agama yang selaras dengan fitrah kemanusiaan dan menempatkan perlindungan terhadap hifzhun nasl (keturunan) sebagai bagian yang sangat penting. Pranata untuk menjamin hifzhun nasl adalah melalui lembaga pernikahan antara laki-laki dan perempuan dengan syarat dan rukunnya.
Aktivitas seksual di luar pernikahan adalah terlarang, dan digolongkan sebagai jiarimah (kejahatan). Kecenderungan lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender (LGBT) adalah bentuk penyimpangan dan praktiknya adalah penodaan tehadap kehormatan kemanusiaan.
Demikian pernyataan disampaikan Wakil Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftahul Akhyar sebagaimana siaran pers yang diterima hidayatullah.com, Jum’at (26/02/2016).
“Belakangan, ada kampanye sistematis terhadap aktivitas LBGT dari pelaku LGBT dan kelompok pendukungnya, termasuk dukungan dana dan sumber daya. Untuk itu, PBNU menyampaikan beberapa sikap,” jelas Miftah.
Pertama, katanya, PBNU menolak dengan tegas paham dan gerakan yang membolehkan atau mengakui eksistensi LGBT, sebab LGBT mengingkari fitrah manusia. PBNU menegaskan bahwa perilaku LGBT adalah perilaku yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Maka, kecenderungan untuk menjadi LGBT adalah menyimpang, sehingga orang yang mengidapnya harus direhabilitasi sesuai dengan faktor yang menyebabkannya.
“Kedua, perlu ada pengerahan sumber daya untuk rehabilitasi terhadap setiap orang yang punya kecenderungan LGBT,” ujarnya.
Karena itu, kata Miftahul, PBNU meminta pemerintah serius memberikan rehabilitasi dan mewajibkannya maupun mengimbau kepada seluruh dai dan warga NU khususnya, serta masyarakat Indonesia umumnya, untuk bahu membahu menyediakan layanan rehabilitasi bagi mereka, dan mendampingi untuk pemulihannya.
“Selain itu, melakukan berbagai usaha guna pencegahan dan pemulihan yang bertujuan untuk membantu sesama manusia agar kembali pada fitrahnya sebagai manusia yang bermartabat dan memperkuat ketahanan keluarga. Salah satunya dengan pendidikan pra-nikah serta konsultasi-konsultasi keagamaan untuk melanggengkan pernikahan,” imbuhnya.
Bantu LGBT untuk Direhabilitasi
PBNU, kata Miftah, juga meminta kepada semua pihak untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang memiliki kecenderungan LGBT untuk dapat hidup lurus sesuai dengan norma-norma agama, sosial dan budaya. Salah satu hak mereka adalah untuk memperoleh rehabilitasi dan edukasi secara baik. Karena itu, perlu ada langkah dakwah dengan hikmah, menggunakan kata dan cara yang baik, lemah lembut, peduli, penuh kasih sayang, jelas dan tegas dalam menanganinya.
“Ketiga, PBNU menilai kampanye terhadap aktivitas LGBT adalah tindakan melanggar hukum yang perlu diberikan sanksi. Untuk itu PBNU meminta pemerintah mengambil langkah-langkah segera untuk menghentikan segala propaganda terhadap normalisasi LGBT dan aktivitas menyimpang serta melarang pihak-pihak yang mengampanyekan LGBT,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata Miftah, PBNU meminta DPR, khususnya yang berasal dari warga NU untuk memperjuangkan penyusunan UU yang intinya menegaskan larangan LGBT dan perilakunya sebagai kejahatan. memberikan rehabilitasi kepada setiap orang yang memiliki kecenderungan LGBT untuk bisa normal kembali. Serta, lanjutnya, memberikan hukuman bagi setiap orang yang terus mempropagandakan dan mengampanyekan normalisasi LGBT, serta melarang aktivitasnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Selain itu, PBNU juga meminta masyarakat, LSM, dan pegiat LGBT yang selama ini melakukan propaganda normalitas LGBT, membiarkan, menolak rehabilitasi dan mengampanyekannya untuk menghentikan kegiatannya.
“Pemerintah harus mengawasi bahkan melarang bantuan dana dan intervensi asing yang menyokong aktivitas LGBT,” tutup Miftah.
Cendekiawan Muslim yang juga penulis buku LGBT di Indonesia Dr Adian Husaini pun mendukung sikap PBNU. “Mari kita laksanakan amar ma’ruf nahi munkar dengan mengajak pemimpin daerah masing-masing agar mengikuti kebijakan Pemda Sukabumi dan tausiyah PBNU dalam menyikapi upaya legalisasi perkawinan sejenis di bumi Nusantara, bumi para wali dan amanah para ulama pejuang kemerdekaan.”
“Semoga Allah melindungi para pemimpin kita,” harap Adian dalam tweet-nya seperti dikutip hidayatullah.com, Jum’at (26/02/2016).*