Hidayatullah.com- Pengamat Kontra Terorisme, Mustofa B. Nahrawardaya mengungkapkan bahwa ada hambatan dalam proses pelaksanaan autopsi jenazah korban Siyono karena penolakan oleh oknum masyarakat.
“Memang saya mendengar ada hambatan sebelum proses autopsi Siyono dilakukan. Ternyata, itu bukan dari keluarga (Siyono) tetapi dari oknum masyarakat setempat, dalam hal ini tokoh masyarakat mulai dari pengurus RT, RW sampai Lurah,” ujar Mustofa kepada hidayatullah.com, Kamis (31/03/2016) malam.
Bahkan ungkapnya, dirinya sempat menerima foto lurah setempat sedang bercengkerama dengan polisi. “Saya kira itu Kapolsek setempat,” lanjutnya. “Kemudian beredar nomor Pak Lurah yang diduga sebagai pimpinan tokoh masyarakat yang menolak autopsi atau mengembalikan jenazah Siyono jika autopsi dipaksakan dalam waku dekat.”
Kendati demikian, Mustofa berharap sebaiknya masyarakat membantu dan mendukung pemerintah melakukan autopsi, dalam hal ini pihak kepolisian. Apalagi, katanya, Kapolri juga telah mengizinkan proses autopsi terhadap jenazah Siyono.
“Silahkan jenazah almarhum Siyono itu diautopsi untuk mencari tahu penyebab kematiannya apa, di bagian tubuh yang mana serta disebabkan oleh benda tumpul atau benda tajam dan seterusnya,” ujarnya.
Baca: ICAF Sebut Langkah Muhammadiyah Autopsi Jenazah Siyono Sudah Tepat
Mustofa menegaskan, saat pimpinan tertinggi Polri sudah memberikan izin untuk dilakukan autopsi jenazah Siyono maka, semua pihak masyarakat harus mendukung, entah siapa nantinya yang akan melakukan autopsi itu.
Sementara kalau ada proses autopsi kemudian ada oknum masyarakat yang menolak maka, menurut Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) perlu dipertanyakan motifnya apa murni dari masyarakat itu sendiri atau karena diintimidasi hasil dari dorongan, ancaman, tekanan kelompok lain yang tidak menginginkan jenazah Siyono diautopsi?
“Tentu semua tahu, saat Siyono meninggal ada sesuatu yang sangat janggal sekali, di mana ada oknum-oknum yang tidak dikenal mendorong bahkan mengintimidasi keluarga supaya tidak melakukan autopsi. Jangan-jangan oknum itu adalah kelompok yang mempengaruhi aparat desa setempat supaya menolak autopsi jenazah Siyono,” ujarnya.
Saat ditanya siapa oknum-oknum tersebut, Mustofa mengatakan “Nah, apakah itu kelompok resmi dari Polri atau intelejen, ini yang harus diusut Polri. Kenapa ada oknum yang menolak atau mencoba menghalangi proses hukum yang dilakukan warga negara Indonesia, dalam hal ini advokasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah.”