Hidayatullah.com–Serangan udara oleh pemerintah Suriah pada Kamis (31/03/2016) menewaskan lebih dari 30 orang (termasuk anak-anak) di benteng kunci mujahidin bagian timur Kota Damaskus.
Serangan tersebut terjadi di Deir Al-Assafir, sebuah kota di kubu oposisi Timur Ghouta, salah satu daerah Suriah di mana perjanjian gencatan senjata yang rapuh ini ditengahi oleh AS dan Rusia berlaku sejak 27 Februari, demikian dikutip laman middleeasteye.net, Jumat (01/04/2016).
Serangan ini disebut sebagai yang paling berdarah sejak awal gencatan senjata ini
The Independent melaporkan, pemboman lewat udara tersebut menghantam sebuah sekolah dan rumah sakit.
Sebuah kelompok pengawas, The Syrian Observatory for Human Rights, melaporkan bahwa sebanyak 33 orang meninggal dalam serangan tersebut, termasuk 12 di antaranya adalah anak-anak.
Meski terjadi insiden kekerasan yang terjadi, bahkan beberapa di antaranya mematikan, sebagian besar program genjatan senjata ini dipuji dan dianggap sukses oleh PBB.
Pemerintah Suriah mengatakan al-Nusra dan kelompok IS –keduanya dikecualikan dalam perjanjian gencatan senjata– beroperasi di area di mana serang udara tersebut terjadi.
Dalam sebuah pernyataan keras, AS menyatakan marah dan terkejut atas serangan udara tersebut.
“Amerika Serikat terkejut atas serangan udara 31 Maret, yang dilaporkan oleh rezim Assad, (serangan terhadap) sebuah sekolah dan rumah sakit di pinggiran Damaskus, Deir Al Asafir,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri John Kirby dalam sebuah pernyataan.
“Mengenai bergabung ke dalam perjanjian gencatan senjata, bahkan terlepas dari komitmen untuk menghindari menyerang kelompok yang berpartisipasi dalam gencatan senjata, rezim (Assad) berkomitmen untuk menerapkan secara penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254, yang menyerukan untuk diakhirinya setiap serangan terhadap rakyat sipil dan untuk semua pihak, untuk mematuhi kewajiban mereka di bawah hukum internasional, kata Kirby.
Resolusi PBB 2254, yang diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB di tahun 2014, memberikan lembaga bantuan internasional hak untuk mengakses daerah terkepung di Suriah tanpa izin dari pemerintah Suriah, dan delegasi telah meminta masyarakat internasional untuk melaksanakan resolusi tersebut sebelum pembiacaraan perdamaian jangka panjang dimulai.
Gencatan senjata di daerah yang dikuasai pemerintah dan mujahidin dari oposisi yang lebih moderat, sebagian besar sudah dilakukan sejak akhir Februari, dalam dorongan kepada upaya diplomatik untuk mengakhiri perang 5 tahun yang telah membunuh lebih dari 270.000 orang.*/Karina Chaffinch