Hidayatullah.com– Kembalinya Hj Culan (55) ke Indonesia adalah bentuk pemulangan istimewa. Pasca musibah Mina, September lalu, jamaah haji Indonesia ini sempat menjalani perawatan di Arab Saudi selama hampir 8 bulan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, proses yang dilakukan untuk pemulangan itu memakan waktu sekitar 5 pekan. Kejadian ini adalah yang pertama dalam sejarah perhajian Indonesia.
Sebelumnya, usaha pemulangan jamaah sakit yang memerlukan fasilitas khusus seperti ventilator telah berulang kali diusahakan oleh Kantor Urusan Haji Indonesia (KUHI)-KJRI Jeddah, Arab Saudi. Namun selalu gagal. Sebab tak ada maskapai regular yang siap dengan itu. Hanya Medevac (Aeromedical Evacuation) yang menyediakan ventilator.
Selain itu, sebut Kemenkes, biaya pemulangan jamaah sakit dengan ventilator juga cukup besar, lebih dari Rp 2 miliar. Tetapi akhirnya Culan bisa pulang juga.
“Tuhan memberikan jalan terbaik atas semua prakarsa, baik dari Negara Arab Saudi, rumah sakit, Kemenag, Kemenlu Indonesia, dan Kemenkes,” ujar Menkes Nila F Moeloek dalam jumpa pers di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, usai menerima langsung pasien istimewa dari Kerajaan Arab Saudi tersebut.
Culan mendarat di Halim, Ahad, 23 Rajab 1437 (01/05/2016) siang dengan pesawat khusus Saudi Medevac. [Baca: Jamaah Haji Indonesia Korban Musibah Mina Dipulangkan dengan Pesawat Khusus]
Sebelumnya, Menkes sempat menjenguk Culan dalam kunjungan kerja ke RS Garda Nasional, Jeddah, Maret 2016. Saat itu, Menkes berharap agar pasien dapat dirawat dan berkumpul dengan keluarga di Indonesia. Menjajaki kemungkinannya, dilakukanlah pendekatan dengan pihak Arab Saudi.
Gayung bersambung. Salah seorang Warga Negara Arab Saudi keturunan Indonesia yang bekerja di RS Garda Nasional, Nikmah Nur Hasan Matasif, mengupayakan harapan itu. Lantas, tutur Menkes, Nikmah mendatangi KUHI di Jeddah, lalu menyampaikan kesediannya membawa Culan dengan Saudi Medevac.
“Tentu kami gembira sekali (dengan tawaran itu),” ujar Menkes. Proses perizinan dengan berbagai pihak seperti pemerintah setempat dan pihak keluarga pun segera diurus.
Pada Desember 2015, anak dan suami dari Culan sempat menjenguknya di Jeddah selama sebulan. Keluarga pun meminta agar pemerintah dapat memulangkan Culan.
“Upaya ini membuahkan hasil. Setelah melalui proses administrasi dan disetujui oleh Saudi Arabia, persiapan proses pemulangan pun dilakukan. Hj Culan dievakuasi dengan menggunakan alat bantu nafas. Saat ini kondisinya stabil setelah sebelumnya koma sejak sakit,” demikian rilis Kemenkes yang diperoleh hidayatullah.com dalam jumpa pers itu.
Peran Banyak Pihak
Saat di Jeddah, pemberangkatan Culan dikabarkan diantar oleh segenap jajaran pejabat Perwakilan Konsulat Jenderal RI (KJRI) dan KUHI. Merekalah yang selama ini terus menjalin komunikasi dengan berbagai pihak Kerajaan Arab Saudi sehingga proses pemulangan itu dapat diwujudkan. Sementara saat di pesawat, Culan ditemani petugas RS Garda Nasional.
Menurut Staf Teknis I KUHI di Jeddah, Ahmad Dimyathi Bashori, Kemenkes RI sebelumnya telah menyampaikan kesediaan untuk melakukan perawatan lanjutan Culan di RS Fatmawati, Jakarta Selatan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kesediaan itu, jelasnya, penting diberikan. Mengingat, salah satu syarat utama diperkenankannya evakuasi Culan adalah tanggung jawab perawatan lanjutan di Indonesia.
“Setelah surat (kesediaan Menkes) ini dialihbahasakan dan diserahkan kepada pihak Kerajaan Saudi Arabia, proses pemulangan Hj Culan bisa ditindaklanjuti hingga diterimanya Flight Itinerary tanggal 28/04/2016 lalu,” jelas Dimyathi dikutip laman resmi Kementerian Agama RI, kemenag.go.id, Sabtu (30/04/2016).
Pihak keluarga pasien sangat terharu dan bahagia atas kehadiran Culan. Mewakili keluarga, Andi, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala, serta Kerajaan Arab Saudi, Pemerintah Indonesia, dan semua pihak yang terlibat dalam pemulangan itu.
“Alhamdulillah kami ucapkan. Terima kasih kepada semua yang membantu,” ujarnya singkat dengan cukup emosional pada jumpa pers tersebut.
Culan Kasim binti Kasim, nama lengkap pasien asal Padang Pariaman, Sumatera Barat itu, terserang heatstroke pasca musibah Mina. Sesuai jadwal, jamaah ONH Plus ini seharusnya pulang ke Indonesia pada 29 September 2015 lalu dengan EK 801.*