Hidayatullah.com– Kaderisasi kepemimpinan dinilai masih menjadi masalah utama bangsa Indonesia. Demikian disampaikan Direktur Pusat Kajian Kepemimpinan Indonesia atau Centre of Study for Indonesian Leadership (CSIL), Prof. Dr. Jawahir Thontowi.
Menurutnya, bangsa ini belum memiliki grand design kepemimpinan. Hal itu ditandai dengan tidak adanya titik temu soal pengkaderan kepemimpinan bangsa ke depan. Meskipun saat ini sangat banyak organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan.
“Jadi desain yang kita perlukan untuk CSIL adalah rencana pengembangan Sumber Daya Manusia para pemuda, yang memang memiliki daya tarik pada terbangunnya keinginan atau memimpikan memimpin Indonesia yang lebih baik,” ujarnya kepada hidayatullah.com seusai acara peluncuran CSIL di Hotel Sofyan, Jakarta, Sabtu (04/06/2016) lalu.
Namun, menurutnya, hal itu tidak mungkin dilakukan tanpa adanya kerangka yang jelas. Misalnya bagaimana membangun kebanggaan generasi muda sebagai orang Indonesia dan seorang Muslim.
Selain itu, sambungnya, juga bagaimana memelihara dan merawat nilai-nilai kebajikan. Baik nilai kepemimpinan universal, maupun nilai-nilai yang sudah dibangun pada zaman Nabi.
“Nah, ini kemudian yang kering, yang mengakibatkan para pemimpin-pemimpin saat ini menjadi disorientasi, terjadi deviasi. Kenapa? karena tidak mempunyai landasan yang jelas, juga landasan transendental yang kuat dalam hati mereka,” jelas Guru Besar Ilmu Hukum UII Yogyakarta ini.
Itulah sebabnya, kata dia, yang diperlukan adalah orang-orang yang memiliki ketulusan, cerdas, bersih, dan cermat. Agar roda kepemimpinan dibangun dan dilandasi sebuah tujuan yang jelas.
Ia menambahkan, saat ini bangsa Indonesia juga mengalami krisis pemimpin yang memiliki karakter berkhidmat, yakni melayani dan mengutamakan orang banyak.
“Sekarang yang terjadi adalah calon-calon pemimpin yang muncul hanya mementingkan kepentingan pribadi ataupun kelompok. Sedangkan tujuan besar untuk umat menjadi kurang. Ini karena tidak terjadinya sebuah proses, metode, dan model yang melahirkan pemimpin-pemimpin yang berorientasi pada publik,” tandasnya.
Taman Kepemimpinan
Untuk itu, CSIL, kata dia, akan mengadakan kajian, pendidikan, pelatihan, upgrading dan seminar. Juga sedang menyiapkan sebuah ‘Taman Kepemimpinan’ yang itu bisa menjadi wisata budaya dan peradaban.
“Bentuknya mungkin seperti museum atau galeri. Pokoknya bagaimana bisa mempengaruhi, menginspirasi dan memberikan ilham lahirnya calon-calon pemimpin yang memimpikan bangsa yang lebih beradab. Ujungnya kita harapkan bisa memiliki sebuah University of Islamic Leadership,” pungkasnya.
Untuk diketahui, CSIL bernaung di bawah Yayasan Waqaf Indonesia Mengabdi (YAQIN). [Baca: Krisis Kepemimpinan, Tokoh-tokoh Islam Dirikan CSIL]*