Hidayatullah.com– Puluhan alumni Universitas Islam Madinah (UIM), Arab Saudi, rayon Kalimantan menggelar acara reuni di Teritip, Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), Senin malam, 13 Dzulqa’dah 1437 H (15/08/2016).
Acara ini dihadiri sejumlah dosen UIM, yaitu Dr Sulaiman Ar-Ruumiy (Koordinator Seleksi Calon Mahasiswa UIM se-Indonesia), Dr Abdurrahman Al-Aufi (Guru Besar Fakultas Dakwah), dan Dr Mubarak Al-Hubaisy (pengajar Fakultas Bahasa Arab).
Acara yang bertempat di Kantor Yayasan Pesantren Hidayatullah Balikpapan, Gunung Tembak, ini di antaranya dihadiri alumni asal Amuntai (Kalimantan Selatan) dan Bontang (Kaltim).
Dalam sambutannya, Ar-Ruumiy menjelaskan, tujuan silaturahim (multaqay) ini sebagai wadah komunikasi UIM dengan alumninya di Indonesia, yang telah tersebar di seluruh pelosok bumi Nusantara.
“Universitas Islam Madinah menempatkan Indonesia sebagai negara yang punya pengaruh besar terhadap dunia Islam. Maka UIM mengapresiasi peran positif Indonesia, dengan menerima mahasiswa dari negara ini dalam jumlah yang terbesar dibanding negara-negara lain,” ujarnya sebagaimana dilaporkan Naspi Arsyad kepada hidayatullah.com, Selasa (16/08/2016) dinihari.
Ar-Ruumiy yang juga salah satu koordinator alumni UIM mengingatkan seluruh hadirin agar memperhatikan metode dakwah yang dilakoni.
“Kalau ingin memperbaiki umat maka harus dengan kebaikan. Dan kebaikan dalam dakwah tidak hanya mengandalkan semangat tinggi tapi melalaikan metodenya yang bijak, santun, dan efektif,” tegasnya.
Tantangan Dakwah Alumni UIM
Dalam sesi dialog, para alumni UIM sepakat untuk meminta pihak UIM menambah kuota mahasiswa Kalimantan yang diterima.
Sebab, ungkap Naspi Arsyad, salah satu alumni yang mengikuti acara ini, di antara tantangan dakwah mereka di Kalimantan adalah minimnya jumlah alumni.
“Sementara kondisi alam yang kadang berbeda secara ekstrem dengan Pulau Jawa. Kalau di Jawa atau Sumatera, semua bisa ditembus lewat darat. Tapi di Kalimantan, mendatangi daerah lain di pulau yang sama, kadang harus berputar via Jakarta, apatah lagi bila menggunakan pesawat,” ungkapnya.
“Sehingga keberadaan alumni UIM secara fisik di titik-titik tertentu, menjadi kebutuhan mutlak bagi perjalanan dakwah di Kalimantan,” ujar dai yang rutin berdakwah keliling Indonesia ini.
Peserta reuni lainnya, Rusydi Hatta turut menggambarkan salah satu tantangan dakwah yang dia hadapi sebagai alumni UIM.
“Citra alumni Arab Saudi yang sering dikaitkan dengan istilah ‘Wahabi’ juga menjadi sebab umat ini tidak langsung menerima gerakan dakwah kami,” ungkap Pimpinan Pesantren Daarul Hijrah Banjarmasin yang bersantrikan lebih dari 2.000 orang ini.
“Kami harus berjibaku dengan beberapa media yang terlanjur meninggalkan citra buruk istilah ‘Wahabi’ di kalangan umat Islam Indonesia,” lanjutnya pada akhir acara.
Turut hadir dalam reuni ini Ketua Yayasan Hidayatullah Balikpapan Zainuddin Musaddad serta sejumlah ustadz senior Gunung Tembak, antara lain Anwari Hambali dan Ahmad Fitri.*