Hidayatullah.com– MPR RI menyesalkan pernyataan Try Soetrisno terkait kiprah politik Amien Rais dalam amandemen UUD 1945. Demikian pernyataan disampaikan Sekretaris Fraksi PAN MPR RI, Saleh Partaonan Daulay.
Menurut Saleh, sebagai tokoh nasional, tak sepantasnya Try Soetrisno menyampaikan hal itu di ruang publik. Apalagi, pernyataan itu tidak jelas arah dan esensinya.
“Sebagai mantan Wakil Presiden, semestinya Pak Try tahu persis apa yang terjadi pada kisaran 1998-1999. Reformasi itu adalah keharusan dan tuntutan semua orang. Termasuk salah satu amanat reformasi adalah melakukan amandemen terhadap UUD 1945,” kata Saleh melalui pesan panjang kepada hidayatullah.com, semalam, Sabtu (23/09/2017).
Saleh melanjutkan, karena ini bagian dari amanat rakyat, tentu politisi dari berbagai pihak diharuskan untuk menjalankannya, termasuk pada waktu itu fraksi TNI/Polri.
Kendati demikian, perlu dipertegas dan diperjelas, bahwa seluruh rumusan amandemen adalah kesepakatan seluruh fraksi. Tidak ada satu orang, bahkan satu fraksi tertentu yang dominan dalam pembahasannya, tentu saja Amien Rais yang waktu itu memiliki posisi sebagai Ketua MPR juga tidak bisa mendikte semua anggota MPR.
“Jadi, kalau ada yang menyalah-nyalahkan Amien Rais, berarti ada yang melupakan sejarah. Itu juga sama dengan menyalahkan rakyat yang memang menginginkan amandemen,” kata Saleh.
Perlu diketahui bahwa, jelas Saleh, di luar sana banyak sekali masyarakat yang menyambut gembira amandemen UUD 1945. Dengan amandemen itu, ada banyak perubahan dalam sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia. Termasuk menganulir kepemimpinan seorang presiden lebih dari 2 periode.
Dengan amandemen, sistem demokrasi Indonesia menjadi lebih terbuka. Kesempatan untuk mengisi jabatan-jabatan politik terbuka lebar bagi semua pihak.
“Mungkin ada beberapa aspek dalam reformasi yang dirasa tidak pas saat ini. Jika itu yang disebut, semestinya yang disuarakan adalah adanya amandemen lanjutan untuk menyempurnakan dan menambal yang dianggap tidak pas itu. Bukan malah menyalah-nyalahkan dan seolah semua yang dilakukan membawa kemunduran besar bagi Indonesia,” Saleh memberi saran.
Saleh meyakini bahwa Amien Rais sangat terbuka untuk mendiskusikan persoalan ini kepada siapa saja. Apalagi kepada Try Soetrisno yang juga dianggap bagian penting dari sejarah reformasi itu.
Baca: KH MA Sahal Mahfud: Reformasi Maju, Tapi Ada Dampak Negatif
Namun demikian, diskusi seperti itu harus dilakukan secara baik-baik tanpa ada niat dan pretensi untuk saling menyalahkan.
“Jangan dengan mudah menyebut pengkhianat bangsa. Sebab, orang lain juga tahu sejarah. Orang lain juga punya penilaian sendiri siapa yang berjasa dan siapa yang berkhianat,” tutup Saleh.
Diketahui sebelumnya, Wakil Presiden ke-6 Indonesia, Try Sutrisno, mengaku kecewa atas mantan Ketua MPR, Amien Rais, terkait amandeman UUD 1945. Try bahkan dikabarkan menuding Amien sebagai “pengkhianat bangsa”.*