Hidayatullah.com– Tabligh Akbar yang digelar di Garut, Jawa Barat, pekan kemarin, Sabtu (11/11/2017) telah sukses berjalan dengan lancar, tertib, dan damai.
Tabligh Akabar bertema “Meempertegas Garis Perjuangan Umat” ini dihadiri oleh Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, KH Bachtiar Nasir, Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI), Ustadz Shabri Lubis, Bupati Kabupaten Garut, Rudi Gunawan, dan sejumlah tokoh serta ulama Garut.
Namun, di balik kesuksesan acara tersebut, (seperti) ada yang terlupakan. Adalah pejuang kebersihan pada acara Tabligh Akbar di Lapangan Kerkof itu.
Di balik panggung berukuran 10×5 meter, pantauan hidayatullah.com, tampak 4 orang anak perempuan berseragam putih hijau dengan bawahan hitam tampak tertunduk-tunduk memunguti sampah yang berserakan. Tangan kirinya menenteng kantong plastik besar berwarna hitam, dua di antaranya membawa sapu lidi.
Saat ribuan -bahkan disebut-sebut puluhan ribu- massa yang hadir sedang fokus pada Tabligh Akbar, para penjaga kebersihan itu tetap fokus dengan sampah-sampah di sekitar lokasi Tabligh Akbar.
Saat ditemui hidayatullah.com, keempat pejuang itu mengaku sebagai santriwati dari Pondok Pesantren Cipari yang terletak di Jl Cipari, Sukarasa, Pangatikan, Kabupaten Garut.
Dewi Berliani (16), Rosi Destian (16), Nova Sundari (15), dan Syifa Rajmawati (15), begitu ketiganya memperkenalkan diri.
Dewi Berliani menyatakan bahwa kedatangannya sebagai ‘Pejuang Kebersihan’ tidak karena paksaan atau suruhan dari pihak lain.
“Inisiatif sendiri aja,” tuturnya kepada media ini di sela-sela mereka membersihkan sampah.
Dewi mengatakan, ia dan keempat temannya tidak bekerja sendiri, sebanyak 48 rekannya turut ikut menjadi ‘Pejuang Kebersihan’ yang disebar di berbagai titik.
Santriwati kelas XI Madrasah Aliyah (MA) ini mengungkapkan bahwa sebenarnya mereka tidak sedang libur sekolah.
“Sebenarnya kami masuk sekolah, tapi kami izin untuk bersih-bersih dan Alhamdulillah diizini,” kata gadis asli Garut ini.
Indahnya kebersihan adalah alasan mereka untuk tampil ‘beda’ di antara peserta yang lain, tutur Dewi.
“Ya biar kelihatan bersih, banyak orang tapi banyak sampah juga, kan, enggak enak,” ujarnya.
Seperti Aksi Bela Islam tahun lalu, aksi mereka kembali memperlihatkan bahwa perjuangan seseorang tidak menunutut sebuah kesamaan. Perjuangan itu banyak jalan, tapi tujuannya adalah tetap menjalin sebuah persatuan. Betul begitu, bukan?!* Ali Muhtadin