Hidayatullah.com– Pimpinan Majelis Az-Zikra KH Muhammad Arifin Ilham menjadi fasilitator antara Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dengan tokoh dan warga Babakan Madang, Sentul, Bogor, Jawa Barat, setelah kehadirannya ditolak masyarakat.
Hal itu terkait acara pengajian yang digelar Ustadz Yazid di kompleks Majelis Az-Zikra, Selasa (19/12/2017).
Sebelum pengajian itu digelar, baik Ustadz Arifin, Ustadz Yazid, maupun tokoh dan perwakilan warga serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat menandatangani kesepakatan terkait pengajian tersebut.
Kesepakatan itu ditandatangani di Pesantren Majelis Az-Zikra, Sentul, tertanggal Selasa (19/12/2017) bersama dan tokoh-tokoh lainnya.
Selain itu, Ustadz Yazid juga sepakat untuk menjaga ukhuwah Islamiyah, menghormati kelompok dan mazhab, serta bersedia dibubarkan ceramahnya apabila melanggar kesepakatan tersebut.
Perjanjian itu berdasarkan kesepakatan para ulama se-Babakan Madang, yang mewakili masyarakat setempat, serta Ustadz Arifin. Kesepakatan itu dicapai pada Senin (18/12/2017) malam di Masjid Az-Zikra dan ditandatangani pada Selasa kemarin.
Berdasarkan salinan surat perjanjian diterima hidayatullah.com, kesepakatan itu disetujui dan ditandatangani oleh Ketua Yayasan Az-Zikra Khotib Kholil, Ustadz Yazid Jawas sebagai narasumber, Sekjen MUI Babakan Madang Ustadz Abi Rizal, penasihat tokoh dan perwakilan masyarakat KH Mukti Ali, Ustadz Arifin, dan Dewan Penasihat Majelis Az-Zikra KH Abah Roudl Bahar.
Penasihat Majelis Az-Zikra, Ustadz Ferry Nur, membenarkan adanya perjanjian itu. “(Itu) betul,” ujarnya saat dikonfirmasi hidayatullah.com, Rabu (20/12/2017) pagi.
Dalam surat itu, disepakati menghadirkan Ustadz Yazid sebagai narasumber dalam Pengajian Khusus Muslimah yang berdasarkan jadwal digelar pada Selasa kemarin mulai pukul 09.00-11.00 WIB di Ruang Khadijah Majelis Az-Zikra Sentul.
Kesepakatan atau persetujuan yang disebutkan di atas berlaku pada tempat dan waktu pengajian itu.
“Adapun isi kesepakatan di atas adalah sebagai berikut, dan berlaku pada tempat dan jam tersebut di atas: 1. Tidak membahas khilafiyah, 2. Menjaga ukhuwah Islamiyah, 3. Menghormati kelompok dan mazhab, 4. Bersedia dibubarkan apabila melanggar kesepakatan atau perjanjian,” demikian penggalan bunyi pada surat tersebut.
Gambar-gambar salinan surat itu bersama sebuah video terkait pertemuan tersebut menyebar luas di media sosial hingga hari ini.
Dalam video itu, dalam sebuah ruangan tampak Ustadz Yazid bersama rombongannya bersalam-salaman dengan para tokoh agama dan masyarakat setempat, termasuk tampak pula Ustadz Arifin.
“Assalamu’alaikum…” terdengar suara salam dari mereka yang saling berjabat tangan itu.
Ustadz Ferry Nur tersenyum hangat saat bersalaman dan sempat berbicara dengan Ustadz Yazid.
“Alhamdulillah, silakan,” ucap Ustadz Arifin sembari membuka tangannya mempersilakan rombongan tamunya untuk melanjutkan agendanya.
“Afwan ana tinggal dulu ya, Assalamu’alaikum,” ucapan salam terdengar sebelum Ustadz Yazid bersama rombongannya keluar ruangan disambut jawaban salam.
“Betul saya hadir di situ,” ujar Ustadz Ferry Nur.
Kronologi
Ustadz Ferry Nur pun menjelaskan kronologi silaturahim Ustadz Yazid dengan Ustadz Arifin serta tokoh masyarakat Babakan Madang.
Momentum itu, terangnya, berawal dari rencana Ustadz Yazid menggelar pengajian di Masjid Andalusia Islamic Center, Bogor, tempat pegiat ekonomi syariah Syafi’i Antonio, sekitar Ahad atau Senin kemarin.
Masyarakat setempat yang tahu akan rencana pengajian itu pun menyatakan penolakannya. Dengan alasan ceramah-ceramah Ustadz Yazid dianggap menyinggung sebagian masyarakat.
Rencana pengajian di Andalusia itu pun dibatalkan.
Mungkin karena mendesak, terang Ustadz Ferry Nur, akhirnya pihak tim Ustadz Yazid berencana memindahkan acara ke kompleks Majelis Az-Zikra di Sentul.
Intinya mereka mau pake tempat saja, dengan narasumber Ustadz Yazid dan audiensnya dari kalangan mereka.
Pihak Az Zikra pun khususnya Ustadz Arifin menyanggupi permintaan pihak Ustadz Yazid soal penggunaan tempat.
Ustadz Arifin beralasan salah satunya ini kesempatan ia berdialog dengan Ustadz Yazid. Harapannya ada kesempatan untuk melakukan dialog tersebut.
Bahkan masih menurut Ustadz Ferry Nur, ini bisa jadi kesempatan Ustadz Yazid untuk mengklarifikasi hal-hal terkait tudingan atau anggapan atasnya.
Ustadz Arifin kemudian menggelar pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk dari MUI Babakan Madang.
Ustadz Arifin lalu membuat draf perjanjian tersebut di atas, yang kemudian disodorkan ke tokoh-tokoh masyarakat termasuk MUI.
Draf itu pun disepakati. Lalu disodorkan ke Ustadz Yazid, yang kemudian turut menyepakati dan menandatanganinya.
Pengajian Ustadz Yazid pun berlangsung pada Selasa kemarin yang rencananya dimulai pukul 09.00 WIB. “Cuma Ustadz Yazid telat datang,” ungkap Ustadz Ferry Nur kepada hidayatullah.com.
Lalu, sebelum pengajian itu, di sebuah ruangan di kompleks Az-Zikra, Ustadz Arifin dan tokoh-tokoh masyarakat serta dari MUI sudah menunggu kehadiran Ustadz Yazid dan timnya. Dengan harapan ada kesempatan berdiskusi.
Rombongan tamu yang ditunggu-tunggu pun tiba, lalu masuk ruangan. Mereka lalu bersilaturahim singkat. Bersalam-salaman dengan tuan rumah dan para tokoh setempat. Tak lama kemudian Ustadz Yazid dan timnya keluar lagi untuk menggelar acara. “Alasannya ditunggu jamaah,” ungkap Ustadz Ferry Nur. Diskusi yang diharapkan tidak sempat digelar.
Dalam acara pengajian khusus Muslimah itu, tokoh-tokoh masyarakat turut menyimak jalannya acaranya. Ustadz Yazid dalam ceramahnya pun mematuhi isi kesepakatan atau perjanjian yang telah ditandatangani bersama.
Ustadz Ferry Nur mengaku sudah merasa bersyukur bisa terjalin silaturahim antara Ustadz Yazid dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk dari MUI dan Majelis Az-Zaikra, terutama Ustadz Arifin.
“Intinya silaturahim itu ditekankan,” pungkasnya yang saat itu sedang berada di Cengkareng, Tangerang, Banten, dalam wawancara via sambungan telepon.*