Hidayatullah.com– Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir mengatakan, pihaknya telah merilis 4 sektor prioritas terkait rooadmap industrialisasi Indonesia 2045 mendatang.
Soetrisno menyebut, sektor itu ditentukan dengan melihat kriteria aspek sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).
“Kriteria ini menjadi dasar pengentasan kemiskinan dan problem gap antara kaya dan miskin,” ujarnya dalam acara Dialektika Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) bertema ‘Ekonomi Pasar Pancasila dan Pemberdayaan Ekonomi Umat’ di Jakarta, Rabu (11/07/2018).
Baca: Menurut Peneliti Ini Solusi agar Ekonomi Indonesia Bisa Lari
Ia menjelaskan, sektor pertama yakni agrobisnis. Soetrisno mengungkapkan, Indonesia punya semua syarat SDA dan SDM, hanya saja Indonesia kalah maju dari negara lain karena tidak fokus menggarapnya.
“Kita kalah dengan Thailand, dengan Vietnam. Agrobisnis ini juga meliputi sampai hutannya. Sekarang pengelolaan hutan yang terjadi hanya membuat kaya segelintir orang, rakyatnya tidak,” jelas Wakil Ketua Dewan Penasehat ICMI ini.
Tidak hanya menggeliatkan sektor agro, lanjut Soetrisno, harus juga didukung kebijakan fiskal. Karena banyak pengusaha mikro agrobisnis yang diberatkan dengan pajak. Selain itu, bagaimana pemerintah perlu melakukan proteksi, misalnya mengurangi impor barang-barang agro.
“Walaupun kita ikut WTO harus bisa mengakali. Jepang, kaisarnya bikin fatwa tidak makan beras di luar Jepang. Nah kita tidak punya aturan itu. Kita malah memainkan impor, jual lewat menteri pakai kuota. Kebijakan kita tidak berpihak kepada rakyat,” terangnya.
Sektor prioritas kedua, sambun Soetrisno, adalah maritim dan kelautan. Dimana Indonesia sendiri merupakan negara dengan dua pertiga laut dan salah satu pantai terpanjang di dunia.
“Tapi impor. Harusnya pengusaha nasional kalau impor itu tercela. Ekonomi Pancasila itu di situ. Transportasi laut kita juga 95 persen dikuasai asing. Hasil laut kita dicuri 300 triliun per tahun. Kita tidak memfokuskan pada industri ini,” ungkapnya.
Ketiga, paparnya, adalah sektor turisme. Soetrisno mengatakan, Indonesia yang wisata alamnya sangat terbentang luas, wisata mancanegaranya masih kalah dengan negara kecil seperti Singapura, apalagi dengan Malaysia.
“Bagaimana kita bisa mendatangkan wisatawan semua harus terlibat, jadi akan bangkit,” imbuhnya.
Sektor prioritas terakhir, katanya, yakni bonus demografi. Bagaimana anak muda bisa produktif, bukan justru jadi bencana seperti terkena narkoba, pergaulan bebas, dan semua yang negatif. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan ekonomi kreatif dan digital.
Baca: Emil Salim: Perokok Usia Produktif Ancam Ekonomi Indonesia
“Tapi ekonomi kreatif digital banyak yang dilakukan asing. Kalau dia jual barang Indonesia keluar tidak masalah, tapi ini barang luar ke Indonesia yang jadi soal,” tandasnya.
“Jadi keempat sektor ini semua given (pemberian) dari Tuhan. Dan bisa dikerjakan oleh rakyat. Tidak perlu asing atau TKA China,” pungkas Soetrisno.*