Hidayatullah.com– Publik kembali disedihkan dengan aksi sok kuasa, premanisme, dan kekerasan di jalanan seperti pemukulan pengendara mobil di jalan tol (diduga di Jakarta) dan penabrakan sampai mati di Solo, Jawa Tengah.
Direktur Pusat Studi dan Pendidikan HAM Uhamka Jakarta dan eks Komisioner Komnas HAM RI, Maneger Nasution, menyatakan, hanya orang sok kuasa yang berani memilih kekerasan dalam menyelesaikan masalah di jalanan (kasus di tol Jakarta).
Dan hanya orang yang benar-benar berdarah dingin berani melakukan dugaan tindak pidana pembunuhan di Jalan KS Tubun, tepat di pintu sebelah timur Mapolresta Surakarta.
“Mungkin pelakunya adalah orang yang sangat yakin bahwa dia kebal hukum,” ujarnya kepada hidayatullah.com, Jumat (24/08/2018).
Untuk kasus penabrakan maut di Solo, dikabarkan tidak ada bekas rem dari mobil mewah Mercedez Benz AD 888 QQ, yang kemudian setelah menabrak, korban terseret sekitar 20 meter hingga kepala korban terlindas ban mobil.
“Artinya pelaku melakukan dengan dan power full. Hebatnya lagi pelaku langsung melarikan diri, ini mengindikasikan bahwa pelaku melakukan dengan kesengajaan dan sangat sadis dan berdarah dingin,” ungkap Maneger.
Ia mengatakan, biasanya pelaku kejahatan kekerasan di ruang publik (seperti kasus di tol Jakarta) dan aksi penabrakan yang menyebabkan kematian dengan cara sadis dan dingin (seperti kasus di Solo), pernah melakukan kejahatan serupa sebelumnya.
“Ini tugas polisi untuk mengungkap,” ungkapnya.
Diketahui dari beberapa media yang berada di TKP pengemudi mobil maut tersebut adalah Iwan Andranacus.
“Hasil browsing, Iwan Andranacus pemilik mobil mewah dengan nopol khusus tersebut adalah salah satu konglomerat di Solo, presiden direktur PT INDACO, perusahaan cat besar di Karanganyar,” katanya.
Ia mengatakan, publik mendukung Kapolresta Surakarta yang berjanji akan memproses hukum secara profesional dan meminta warga untuk mengawal kasus ini.
“Kalau ini benar-benar berani dan konsisten, ini harus didukung,” imbuhnya.
Namun, lanjutnya, di beberapa grup media sosial ada keraguan dari publik.
“Hal ini bisa dimaklumi. Karena selama ini jika yang melakukan tindak pidana dari dari etnis tertentu dan kaya tidak ditindaklanjuti, bahkan meskipun menghina presiden malah hanya dianggap lucu-lucuan,” ujarnya mengkritisi.
Ia mengatakan, ada kekhawatiran untuk menyelamatkan si bos kemudian orang lain akan dikorbankan sebagai pelaku, atau pasal yang digunakan adalah pasal kecelakaan, polisi akan diintervensi oleh kolega si Presdir, keluarga korban akan mendapatkan ganti rugi miliaran, berpuluh-puluh khayalan skenario yang jadi obrolan di publik saat ini.
Kepolisian kata dia harus menuntaskan laporan dari korban (kasus pemukulan yang di tol Jakarta). Siapa pun pelakunya harus diganjar dengan pemberatan, pasal berlapis, apalagi ada korban anak.
“Khusus kasus pembunuhan berdarah dingin yang di Solo, Kapolresta Surakarta dalam ujian berat kali ini, salah melangkah sangat mungkin berpotensi memantik akumulasi kemarahan publik. Hal yang sangat tidak kita inginkan. Publik mari menghadirkan keyakinan bahwa kepolisian kita bisa mengambil langkah yang cepat, tepat, tegas, adil, profesional, dan mandiri.”
Masih kata dia, negara harus hadir menghentikan aksi sok kuasa dan kekerasan di ruang publik. Negara tidak boleh membiarkan adanya syiar ketakutan publik.
Diketahui, salah seorang pengusaha, Iwan Adranacus (40), pengendara Mercedes Benz nopol AD 888 QQ, diduga sengaja menabrakĀ Eko Prasetio (28), pengendara sepeda motor Beat,Ā di Jalan KS Tubun, mobilnya, tepatnya di samping Mapolresta Solo, Rabu (22/08/2018). Peristiwa ini menewaskan Eko.
Iwan Adranacus ditetapkan sebagai tersangka sejak Rabu malam.Ā Pelaku diancam pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, subsider pasal 351 ayat 3 tentang penganiayaan menyebabkan kematian. Ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Sementara itu, baru-baru iniĀ viralĀ seorang remaja babak belur diduga dihajar seorang pengendara mobil di Tol Jagorawi arah Jakarta. Penyebabnya disinyalir karena cekcok jalan raya antarpengemudi.
Pemuda tersebut berinisial R. Disebut-sebut baru saja lulus sekolah menengah pertama atau SMP. Dari tayangan yang viral di media sosial, peristiwa tersebut terjadi pada Rabu, 22 Agustus 2018, sekitar pukul 10.00 WIB.*