Hidayatullah.com– Menyikapi kasus persekusi, intimidasi, ancaman, teror, dan upaya pembatalan terhadap dakwah Ustadz Abdul Somad (UAS) yang marak terjadi, Forum Silaturrahim Alumni Mesir (FSAM) meminta pemerintah selalu melindungi kegiatan dakwah Islam.
FSAM menjelaskan, kegiatan dakwah di bumi Indonesia sudah berjalan ribuan tahun sejak abad 8 M hingga berdiri kesultanan Islam di Nusantara jauh sebelum Indonesia merdeka, hingga kini.
Baca: UAS Dipersekusi, Alumni Mesir Minta Aparat Tegakkan Hukum
Dalam masyarakat Indonesia, dakwah dipahami pada fungsinya sebagai pengawal tegaknya al amr bi al-ma‘ruf wa an nahy an al-munkar dalam makna yang luas.
Dakwah di Indonesia telah berjalan dengan cara melembaga ataupun dalam bentuk kegiatan individu pendakwah. Kegiatan itu telah hidup dan berkembang secara harmonis dari waktu ke waktu.
OIAA: UAS Terbukti Kukuhkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Keislaman
“Maka, kegiatan dakwah di Indonesia harus selalu diberikan perlindungan oleh Pemerintah agar tidak terjadi penghambatan di wilayah NKRI,” ujar Ketua Umum FSAM KH Dede Muharram dalam pernyataan sikapnya di Jakarta, Selasa (04/09/2018) diterima hidayatullah.com.
FSAM menilai, UAS adalah salah seorang dai yang sangat fenomenal. UAS adalah salah satu aset umat Islam sekaligus putra terbaik yang dimiliki Indonesia.
Keluasan ilmu, kecerdasan analisa, dan kemampuan retorikanya menjadi daya tarik tersendiri sehingga dakwahnya amat disukai banyak kalangan masyarakat tanah air, bahkan juga mancanegara.
“Isi dakwah dan ceramahnya pun sangat bersesuaian dengan Aswaja, pemahaman Islam mayoritas di negeri ini.
Baca: Aswaja Malang Sayangkan Pengusik Ketenangan Dakwah UAS
Hampir semua kalangan, mulai dari NU, Muhammadiyah, hingga organisasi non-agama menerima UAS dengan antusias.
Ceramahnya juga kerap terkait dengan kebangsaan dan cinta NKRI. Hal ini dibuktikan dengan banyak lembaga tinggi negara, TNI, dan Polri yang ikut mengundang dan menikmati isi ceramah UAS.
Wilayah dakwahnya memanjang dari perkotaan, pedesaan bahkan sampai ke wilayah pedalaman yang sulit ditempuh pendakwah biasa,” ungkapnya.
Baca: Pengajian UAS di Semarang Dihadiri Ratusan Ribu Jamaah
UAS adalah salah satu dari (bakal) calon wakil presiden hasil rekomendasi Ijtima Ulama di Jakarta bulan Juli 2018. Namun dengan segala kerendahan hatinya UAS menolak halus permintaan masyarakat Muslim Indonesia melalui Ijtima tersebut. Bahkan UAS minta kepada jamaah agar didoakan ‘tetap menjadi ustadz sampai mati’.
“Artinya, UAS adalah pencinta dakwah sejati dari sedikit yang dimiliki bangsa ini,” ujar Dede.
Namun demikian, lanjutnya, UAS tetap tak lepas dari fitnah dan tuduhan-tuduhan yang tak berdasar.
“Ketegasannya dalam menyampaikan dakwah dimaknai oleh segelintir orang dengan label ‘anti kebinekaan’ dan ‘anti NKRI’.
Semua ini cenderung fitnah dan mengada-ada, serta tidak boleh dibiarkan terjadi dalam kegiatan dakwah karena bisa membuat gaduh dan merusak harmonisasi perkembangan dakwah ke depan.
Hal ini harus diwaspadai karena dapat menyebabkan hilangnya rasa aman seorang pendakwah,” ujarnya.*